Mohammad Rimba Putra (SBM 2010) dan Rifan Ibnu Rahman (SBM 2009) merupakan dua dari sekian banyak mahasiswa SBM ITB yang berhasil meraih prestasi yang sangat membanggakan. Kali ini mereka ikut dalam kompetisi Southeast Asian English Olympics (SEO) yang diselenggarakan di Jakarta tepatnya di Universitas Bina Nusantara .

Southeast Asian English Olympics SEO merupakan kejuaraan debat dengan format british parliamentary (BP). Tidak seperti lomba debat pada umumnya yang hanya mempertandingkan dua tim (tim government melawan tim opposition), format BP mempertandingkan empat tim sekaligus: tim opening government, tim opening opposition, tim closing government, dan tim closing opposition. Dengan format BP, satu tim terdiri atas dua orang, tetapi menjadi tiga orang pembicara. Salah satu finalisnya adalah 2 Tim dari ITB yang terdiri dari Luthfi Abdurrahman (Seni Rupa 2005) dan Karina Patria Soedjatmiko (Teknik Lingkungan 2007) berhasil meraih predikat juara. Rifan Ibnu Rahman (Manajemen 2009) dan Tubagus Andhika Nugraha (Sekolah Teknik Elektro dan Informatika 2010) meraih predikat juara kedua.

Untuk penentuan peserta dari ITB, dilakukan seleksi internal oleh unit Student English Forum (SEF). Diadakan internal competition antar peserta yang mengajukan diri untuk menjadi perwakilan ITB. Seleksi dilakukan dalam bentuk tim yang terdiri dari 3 orang melawan tim negative yang juga terdiri dari 3 orang. Pemilihan orang di seleksi internal bersifat acak. Kemudian dalam seleksi akan ditentukan 9 orang yang lolos menjadi perwakilan ITB untuk debat dan 3 orang yang lolos untuk seleksi menjadi adjudicator dan mengambil accreditation test di IVED nanti. 9 orang ini akan menghadapi latihan intensif selama sekitar satu bulan untuk meningkatkan kemampuan dan juga untuk dianalisis untuk penentuan tim saat lomba nanti.

Motivasi mengikuti lomba ini adalah untuk meningkatkan pengalaman dan belajar dari para debater senior yang juga berkompetisi di IVED. Harapannya dengan mengikuti IVED mampu membuatnya semakin kritis dan lebih berpikiran terbuka untuk kedepannya serta belajar team work yang lebih baik.

Awalnya Rimba dan Rifan mengikuti kompetisi ini cukup pesimis karena merasa masih junior dan banyak senior yang lebih credible mengikuti seleksi internal. Awalnya gagal diterima karena quota yang diterima saat itu adalah 6 orang dan 2 juri, saat itu mendapat urutan ke 8 sehingga gagal seleksi. Ternyata, kuota ditambah dan langsung masuk kedalam tim. Kami menghadapi latihan yang intensif selama sekitar sebulan lebih, ketika mahasiswa lain menghadapi liburan tahun baru, mereka harus rela menghadapi latihan intensif hampir setiap hari. Ketika pagi kuliah, dan malam hari latihan debat bahkan terkadang hingga tengah malam. Terkadang bahkan ketika weekend harus latihan sehingga waktu kosong semakin sedikit saat itu. Banyak dari mereka yang terkadang harus mengorbankan beberapa acara yang lain, mereka teringat selalu bahwa tanggung jawab bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga membawa nama tim dan terutama nama almamater ITB yang sudah mendapat pengakuan dan ekspektasi yang sangat tinggi di dunia perdebatan.

Ketika di babak penyisihan, mereka menghadapi banyak lawan yang cukup sulit seperti dari Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada (UGM), dan Universitas Padjadjaran (Unpad). Lawan mereka jauh lebih senior. Sebagai contoh ketika melawan Universitas Gajah Mada yang menurunkan anak 2007, 2008, dan 2010. Jauh lebih unggul dari segi pengalaman karena team ini hanya terdiri dari saya anak 2010 dan dua anak 2009. Tetapi team ini mampu menang. Pelatih mereka selalu mengatakan Even Goliath can bleed. Sebuah ungkapan yang menunjukkan bahwa tidak ada orang yang tidak mampu dikalahkan, semua orang sama-sama mampu dikalahkan, hanya sugesti kita sendiri yang menyatakan mereka tidak terkalahkan. Sehingga mereka selalu termotivasi dan yakin semua orang mampu dikalahkan.

Ketika upacara penutupan dan pengumuman hasil juara tim Universitas Gajah Mada A (UGM A) meraih juara satu dan Universitas Indonesia B (UI B) meraih juara 2. Tetapi ketika pengumuman pembicara terbaik, ITB berhasil meraih banyak gelar. Rifan Ibnu Rahman (SBM 2009) meraih Best Speaker (Pembicara terbaik), Andhika Nugraha (STEI 2010) meraih 3rd best speaker dan juga best novice speaker, Yosaka Eka Putranta (Perminyakan 2009) meraih 6thbest speaker, Mohammad Rimba Putra (SBM 2010) meraih 11th best speaker dan 3rdbest novice speaker. Mereka cukup bangga mampu meraih posisi pembicara terbaik, menunjukkan bahwa ITB memiliki banyak debater yang bagus dan berpotensi walaupun mereka bukan berasal dari jurusan seperti hukum atau hubungan internasional.