Presiden Universitas Northeastern Joseph E Aoun mengatakan, “Sebagai “insinyur”, Kuntoro, di medan manapun tempat ia diamanahi tugas, senantiasa dinilai berhasil “memicu” dan lantas “memacu” mesin birokrasi agar alih-alih bekerja secara lebih efektif-efisien, juga lebih benar dan bersih.”

Sebagai penjelasan rinci:

  • Di UKP4 (akhir 2009 – Sekarang), Kuntoro dinilai berhasil mengidentifikasikan program-program pembangunan apa yang harus diprioritaskan agar mesin birokrasi menjadi lebih fokus, hingga memimpin upaya memecahkan masalah-masalahnya. Selain itu, Kuntoro juga memimpin Satgas PMH dan Satgas REDD+.
  • Di BRR Aceh-Nias (2005-2009), Kuntoro menuai kepercayaan tinggi dari dunia internasional, yang akhirnya diakui sukses, untuk mengomandani pemulihan Aceh-Nias pascatsunami. Indikasinya, Indonesia berhasil merealisasikan AS$6,7 milyar (93% dana pemulihan sebesar AS$7,2 milyar yang di-pledge-kan) dan, akhirnya, tata-kelola pascabencananya menjadi best-practice dan standar bagi negara-negara lain.
  • Di BUMN, terutama ketika diamanahi sebagai Direktur Utama PT Tambang Timah (1989-1994), Kuntoro dinilai sukses memimpin restrukturisasi PT Timah, dari semula terancam bangkrut menjadi BUMN pertama Indonesia yang mencatatkan namanya di bursa efek internasional.
  • Sebagai tambahan, pada 1995, Kuntoro menjadi Direktur Dewan Nasional dari Universitas Northeastern.

Bersama mantan Menlu Colin Powell, salah satu pendiri SBM ITB ini menerima gelar kehormatan tersebut di Boston (4/5/2012). Dari tanah air, alumni dari Universitas Northeastern ini juga baru saja mendapatkan gelar Professorship dan Guru Besar Luar Biasa dari ITB.

Selamat, Pak Kun!

Berita terkait: