Perjalanan untuk mencapai suatu prestasi dan posisi tertentu pastinya melalui suatu proses yang cukup panjang, tidak mungkin bisa dicapai dengan cara instant. Hal ini dialami pula oleh Prof. Utomo Sarjono Putro dan Prof. Dermawan Wibisono yang berhasil mendapatkan gelar Guru Besar di awal tahun 2013. Proses pengurusan untuk mendapatkan gelar Guru Besar ini tidaklah mudah, namun konsep bekerja secara Full Time di SBM ITB menguntungkan dosen untuk dengan mudah mengatur waktu untuk mempersiapkan ini, karena bisa konsentrasi mengajar, riset, dan pengabdian masyarakat.

Prof. Utomo dan Prof. Dermawan mempunyai cerita tersendiri dalam proses pencapaiannya.Perjalanan untuk mencapai suatu prestasi dan posisi tertentu pastinya melalui suatu proses yang cukup panjang, tidak mungkin bisa dicapai dengan cara instant. Hal ini dialami pula oleh Prof. Utomo Sarjono Putro dan Prof. Dermawan Wibisono yang berhasil mendapatkan gelar Guru Besar di awal tahun 2013. Proses pengurusan untuk mendapatkan gelar Guru Besar ini tidaklah mudah, namun konsep bekerja secara Full Time di SBM ITB menguntungkan dosen untuk dengan mudah mengatur waktu untuk mempersiapkan ini, karena bisa konsentrasi mengajar, riset, dan pengabdian masyarakat.

Prof. Utomo dan Prof. Dermawan mempunyai cerita tersendiri dalam proses pencapaiannya.

Prof. Utomo adalah lulusan S1 Teknik Industri ITB tahun 1992, dan melanjutkan S2 dan S3 di Tokyo Institute of Technology (TIT), Jepang, mendalami Decision Science. Prof Utomo lulus program S3 di TIT tahun 2001, dengan topik disertasi bagaimana decision maker bisa dengan cepat belajar menghadapi situasi pengambilan keputusan yang kompleks, melibatkan banyak partisipan saling berinteraksi, dan mempunyai perbedaan persepsi diantara mereka.

Saat ini menjadi beliau adalah Ketua dari sub kelompok keahlian Decision Making and Strategic Negotiation (sub KK DMSN) di SBM ITB. Menjadi seorang academic leader adalah salah satu tugas dari seorang Guru Besar selain harus berkontribusi baik itu tingkat nasional maupun internasional melalui berbagai perkuliahan, pengabdian masyarakat, dan karya tulis ilmiah yang disusun dalam sebuah buku atau pun jurnal ilmiah yang di publish di tingkat nasional maupun internasional. Dalam waktu dekat ini akan terbit buku karangan Prof Utomo dengan judul ?Agent Based Modeling and Simulation?.

Di tingkat nasional, saat ini Prof Utomo bersama-sama dengan rekan-rekannya di sub KK DMSN dan Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) mengenalkan dan mengembangkan pemodelan untuk pengembangan kebijakan nasional melalui serial workshops yang melibatkan akademisi, pemerintah, dan industri.

Di tingkat internasional beliau aktif sebagai salah satu sekretaris dari Indonesian NMO (National Member Organization), yang mewakili keanggotaan Indonesia di International Institute for Applied System Analysis (IIASA), yang berpusat di Laxenburg – Austria. Bagaimana keanggotaan Indonesia di IIASA bisa memberi manfaat untuk bangsa Indonesia? Dalam hal ini kedudukan beliau sebagai salah satu sekretaris Indonesian NMO bisa memberi peluang untuk membangun hubungan baik dengan IIASA dan peneliti-peneliti dunia, serta bisa mengkomunikasikan global research yang dilakukan IIASA untuk dikembangkan di Indonesia.

Pesan Prof. Utomo kepada para staf yang lebih muda “jadilah seseorang yang mempunyai keunggulan di bidangnya masing-masing”.

Sedikit berbeda dengan perjalanan yang dialami oleh Prof. Utomo, Prof. Dermawan Wibisono sebelum menjadi dosen di Teknik Industri ITB, memulai karier sebagai praktisi di perusahaan multinasional ASTRA Grup selama 2 tahun sebelum kembali ke ITB untuk menjadi Dosen pada tahun 1991. Beliau lulusan Teknik Industri ITB tahun 1989, Master by Research di Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT) Australia, tahun 1998 dan menyelesaikan Program Doktor di School of Engineering Design & Technology, University of Bradford di Inggris tahun 2003. Di University of Bradford tersebut, beliau mendalami bidang Performance Management Systems, dengan topik disertasi A Knowledge Based Design of Performance Management Systems in Manufacturing Sector.

Beliau termasuk salah satu dari 10 dosen pendiri SBM ITB bersama dengan Prof. Utomo pada Desember 2003. Pada tahun 2004-2005, beliau bertanggung jawab menangani Quality Assurance (QA), tahun 2006 – 2009 menjadi direktur MBA dan mengantarkan MBA sebagai Best Graduates Business School versi Majalah SWA tahun 2009, dan tahun 2009-2010 menjadi Dekan SBM ITB.

Sejak kepulangan dari studi Doktorat di Inggris tahun 2003, sampai saat ini beliau telah menghasilkan 4 buku teks akademis yang jadi acuan dalam pengajaran yang dilakukan, yaitu How to Create a Wolrd Class Company: Panduan Bagi Manajer dan Direktur (Gramedia, 2013), Panduan Penentuan Indikator (Erlangga, 2011), Konsep, Desain dan Teknik Meningkatkan Daya Saing Perusahaan (Erlangga, 2006), Riset Bisnis (Gramedia (2003), dan saat ini menunggu setting dari Andi Offset, sebuah penerbit di Jogjakarta untuk buku barunya berjudul Panduan Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi. Pengalaman beliau menulis buku akademis membutuhkan paling tidak 6 bulan penyusunan, 4 bulan evaluasi oleh penerbit, 1 bulan untuk koreksi akhir dan 1 bulan untuk setting dan pencetakan akhir. Yang menarik, beliau juga telah menyelesaikan 3 buah novel pembangunan karakter, di mana novel Gading-gading Ganesha (Mizan, 2009) telah difilmkan tahun 2010 dan saat ini akan diterbitkan ulang oleh Gramedia. Bersama-sama dengan novel nya berjudul Menggapai Matahari (Tiga Serangkai, 2010) telah menjadi koleksi Australian Nasional Library Canberra, serta Sydney dan Perth Libary.

Proses yang dilalui dalam pengajuan Guru Besarnya terbilang lancar karena dari pengajuan bulan Juli 2012 oleh ITB, pada tanggal 1 Desember 2012 sudah keluar Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang pengangkatan beliau sebagai Guru Besar. Beliau merupakan Guru Besar pertama di angkatan 1984 ITB yang jadi dosen, dan juga merupakan yang pertama di angkatan 84 dari SMA 3 Semarang.

Tantangan yang dihadapi sebagai seorang Guru Besar di antaranya adalah memenuhi ekspektasi mahasiswa yang semakin meningkat seiring dengan bertambah besarnya institusi SBM ITB yang memerlukan seorang Profesor khususnya bagi peningkatan kualitas di tingkat Master dan Program Doktor.

Harapan beliau di antaranya adalah, rekan-rekan muda bisa lebih cepat berkembang untuk bersama- sama memajukan SBM ITB dan bagi para senior dapat lebih mengembangkan networking untuk membantu institusi agar cita-cita mewujudkan SBM ITB sebagai World Class Business School dapat segera tercapai.

Satu hal lagi yang beliau sampaikan berkaitan dengan master plan ITB yang ingin menjadi Universitas Research, di mana pemahaman tentang hal ini masih berbeda-beda antara dosen satu dengan dosen lainnya. Beliau menyatakan bahwa, pada dasarnya Universitas Research adalah apa yang diajarkan kepada mahasiswa di dalam kelas berasal dari research kita. Oleh karena itu seorang dosen seharusnya memiliki frame work sendiri, pendekatan sendiri terhadap suatu permasalahan dan mempunyai pengalaman langsung dalam penerapan pendekatanya di lapangan. Sehingga apa yang diajarkan lebih aplikatif, bukan hanya sekedar mentransfer teori yang ada di buku tetapi harus disesuaikan dengan kasus di lapangan dengan justifikasi ilmiah. Beliau selalu mengingat pesan dari supervisornya semasa menempuh studi di Inggris bahwa: “Professorship is not a status or achievement, it is a responsibility and your mental have to be ready to meet community expectations”.

Prof. Utomo adalah lulusan S1 Teknik Industri ITB tahun 1992, dan melanjutkan S2 dan S3 di Tokyo Institute of Technology (TIT), Jepang, mendalami Decision Science. Prof Utomo lulus program S3 di TIT tahun 2001, dengan topik disertasi bagaimana decision maker bisa dengan cepat belajar menghadapi situasi pengambilan keputusan yang kompleks, melibatkan banyak partisipan saling berinteraksi, dan mempunyai perbedaan persepsi diantara mereka.

Saat ini menjadi beliau adalah Ketua dari sub kelompok keahlian Decision Making and Strategic Negotiation (sub KK DMSN) di SBM ITB. Menjadi seorang academic leader adalah salah satu tugas dari seorang Guru Besar selain harus berkontribusi baik itu tingkat nasional maupun internasional melalui berbagai perkuliahan, pengabdian masyarakat, dan karya tulis ilmiah yang disusun dalam sebuah buku atau pun jurnal ilmiah yang di publish di tingkat nasional maupun internasional. Dalam waktu dekat ini akan terbit buku karangan Prof Utomo dengan judul ?Agent Based Modeling and Simulation?.

Di tingkat nasional, saat ini Prof Utomo bersama-sama dengan rekan-rekannya di sub KK DMSN dan Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) mengenalkan dan mengembangkan pemodelan untuk pengembangan kebijakan nasional melalui serial workshops yang melibatkan akademisi, pemerintah, dan industri.

Di tingkat internasional beliau aktif sebagai salah satu sekretaris dari Indonesian NMO (National Member Organization), yang mewakili keanggotaan Indonesia di International Institute for Applied System Analysis (IIASA), yang berpusat di Laxenburg – Austria. Bagaimana keanggotaan Indonesia di IIASA bisa memberi manfaat untuk bangsa Indonesia? Dalam hal ini kedudukan beliau sebagai salah satu sekretaris Indonesian NMO bisa memberi peluang untuk membangun hubungan baik dengan IIASA dan peneliti-peneliti dunia, serta bisa mengkomunikasikan global research yang dilakukan IIASA untuk dikembangkan di Indonesia.

Pesan Prof. Utomo kepada para staf yang lebih muda “jadilah seseorang yang mempunyai keunggulan di bidangnya masing-masing”.

Sedikit berbeda dengan perjalanan yang dialami oleh Prof. Utomo, Prof. Dermawan Wibisono sebelum menjadi dosen di Teknik Industri ITB, memulai karier sebagai praktisi di perusahaan multinasional ASTRA Grup selama 2 tahun sebelum kembali ke ITB untuk menjadi Dosen pada tahun 1991. Beliau lulusan Teknik Industri ITB tahun 1989, Master by Research di Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT) Australia, tahun 1998 dan menyelesaikan Program Doktor di School of Engineering Design & Technology, University of Bradford di Inggris tahun 2003. Di University of Bradford tersebut, beliau mendalami bidang Performance Management Systems, dengan topik disertasi A Knowledge Based Design of Performance Management Systems in Manufacturing Sector.

Beliau termasuk salah satu dari 10 dosen pendiri SBM ITB bersama dengan Prof. Utomo pada Desember 2003. Pada tahun 2004-2005, beliau bertanggung jawab menangani Quality Assurance (QA), tahun 2006 – 2009 menjadi direktur MBA dan mengantarkan MBA sebagai Best Graduates Business School versi Majalah SWA tahun 2009, dan tahun 2009-2010 menjadi Dekan SBM ITB.

Sejak kepulangan dari studi Doktorat di Inggris tahun 2003, sampai saat ini beliau telah menghasilkan 4 buku teks akademis yang jadi acuan dalam pengajaran yang dilakukan, yaitu How to Create a Wolrd Class Company: Panduan Bagi Manajer dan Direktur (Gramedia, 2013), Panduan Penentuan Indikator (Erlangga, 2011), Konsep, Desain dan Teknik Meningkatkan Daya Saing Perusahaan (Erlangga, 2006), Riset Bisnis (Gramedia (2003), dan saat ini menunggu setting dari Andi Offset, sebuah penerbit di Jogjakarta untuk buku barunya berjudul Panduan Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi. Pengalaman beliau menulis buku akademis membutuhkan paling tidak 6 bulan penyusunan, 4 bulan evaluasi oleh penerbit, 1 bulan untuk koreksi akhir dan 1 bulan untuk setting dan pencetakan akhir. Yang menarik, beliau juga telah menyelesaikan 3 buah novel pembangunan karakter, di mana novel Gading-gading Ganesha (Mizan, 2009) telah difilmkan tahun 2010 dan saat ini akan diterbitkan ulang oleh Gramedia. Bersama-sama dengan novel nya berjudul Menggapai Matahari (Tiga Serangkai, 2010) telah menjadi koleksi Australian Nasional Library Canberra, serta Sydney dan Perth Libary.

Proses yang dilalui dalam pengajuan Guru Besarnya terbilang lancar karena dari pengajuan bulan Juli 2012 oleh ITB, pada tanggal 1 Desember 2012 sudah keluar Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang pengangkatan beliau sebagai Guru Besar. Beliau merupakan Guru Besar pertama di angkatan 1984 ITB yang jadi dosen, dan juga merupakan yang pertama di angkatan 84 dari SMA 3 Semarang.

Tantangan yang dihadapi sebagai seorang Guru Besar di antaranya adalah memenuhi ekspektasi mahasiswa yang semakin meningkat seiring dengan bertambah besarnya institusi SBM ITB yang memerlukan seorang Profesor khususnya bagi peningkatan kualitas di tingkat Master dan Program Doktor.

Harapan beliau di antaranya adalah, rekan-rekan muda bisa lebih cepat berkembang untuk bersama- sama memajukan SBM ITB dan bagi para senior dapat lebih mengembangkan networking untuk membantu institusi agar cita-cita mewujudkan SBM ITB sebagai World Class Business School dapat segera tercapai.

Satu hal lagi yang beliau sampaikan berkaitan dengan master plan ITB yang ingin menjadi Universitas Research, di mana pemahaman tentang hal ini masih berbeda-beda antara dosen satu dengan dosen lainnya. Beliau menyatakan bahwa, pada dasarnya Universitas Research adalah apa yang diajarkan kepada mahasiswa di dalam kelas berasal dari research kita. Oleh karena itu seorang dosen seharusnya memiliki frame work sendiri, pendekatan sendiri terhadap suatu permasalahan dan mempunyai pengalaman langsung dalam penerapan pendekatanya di lapangan. Sehingga apa yang diajarkan lebih aplikatif, bukan hanya sekedar mentransfer teori yang ada di buku tetapi harus disesuaikan dengan kasus di lapangan dengan justifikasi ilmiah. Beliau selalu mengingat pesan dari supervisornya semasa menempuh studi di Inggris bahwa: “Professorship is not a status or achievement, it is a responsibility and your mental have to be ready to meet community expectations“.