Bagi kebanyakan orang, membuat sosial media merupakan hal yang mudah. Namun, pertanyaannya adalah, bagaimana caranya mengoptimalkan pengolahan sosial media agar dapat menjadi alat yang berguna untuk strategi marketing?

Untuk itu, SBM ITB menghadirkan Academic Head Digital Marketing dan Digital Marketing Lecturer/ Trainer dari Purwadhika Digital Technology School, Andin Rahmana sebagai dosen tamu di kelas jurusan International Business

Memenangkan hati netizen lewat media social merupakan hal yang cukup menantang. Secara garis besar, kita perlu mencari “sweet spot” atau konten sosial media yang efektif agar dapat menarik atensi dari target market. Hal ini hanya bisa dicapai dengan menyeimbangkan apa yang perusahaan ingin coba sampaikan dengan apa yang netizen ingin baca, dengar ataupun konsumsi.

Andin yang juga seorang Digital Strategist & Co-Founder dari CikalBakal Creative ini juga mengutip teori STEPPS dari Jonah Berger dalam buku Contagious. Dia membenyebutkan 6 shareable konten yang dapat diterapkan, yaitu:

  • Social currency, dimana orang berfikir mengenai bagaimana mereka dilihat oleh orang lain.
  • Trigger, berbagi terhadap hal yang bisa membuat orang lain tergerak.
  • Emotion, berbagi terhadap hal yang terkait dengan kepedulian atau menyentuh hati.
  • Public, informasi mengenai hal yang bersifat umum.
  • Practical value, sharing sesuatu yang bisa bermanfaat bagi orang lain.
  • Stories, informasi mengenai kehidupan seperti perjalanan dan lain-lain.

“Secara umum, terdapat beberapa pilar yang dapat dipraktekkan sesuai dengan kebutuhan dari perusahaan. Diantaranya adalah konten yang mengedukasi, menginspirasi, memberikan informasi, promosi dan interaksi” tutur pria yang pernah menangani klien seperti Telkomsel, UOB, AIA, Sinarmas, Trans TV, Kompas Gramedia, Bank Mandiri Syariah, PLN dan perusahaan lainnya.

Dengan materi yang sesuai, diharapkan konten media sosial dapat menjadi thumbstopping atau membuat netizen berhenti sejenak.

Untuk melengkapi, konten pun harus dibungkus dengan rapih dan menarik. Adapun hal yang perlu diperhatikan oleh pembuat konten adalah sebagai berikut:

  • Copywriting, tulisan yang dibuat harus mudah untuk dimengerti, jelas, lugas, informatif, dan tahu kapan harus menggunakan cerita panjang atau cerita singkat.
  • Visual, gambar yang dilihat harus sesuai, unik dan/atau berbeda di mata pemirsa.
  • Video, dengan memperhatikan durasi, cuplikan gambar-gambar bisa disisipkan atau dielaborasikan dengan cerita yang baik, emotional ataupun functional.

Interaksi dan media sosial

Sebagai fakta, sebagian besar penduduk Indonesia sudah menggunakan media sosial dalam kesehariannya. Secara rata-rata, perilaku keseharian orang Indonesia menunjukkan bahwa 8 Jam 52 menit menggunakan internet, 2 jam 50 menit waktunya untuk menonton televisi dan 3 jam 14 menit untuk menggunakan media social. Dari fakta ini dapat kita lihat bahwa sebagai orang Indonesia lebih banyak menggunakan media sosial dibandingkan dengan keperluan lainnya.

Untuk memaksimalkan potensi, kita perlu tahu karakteristik pola komunikasi dari media soail dengan media massa lainnya. Secara fundamental, media massa tradisional menggunakan pola yang satu arah, sedangkan dalam social media, pola komunikasi lebih bersifat horizontal, atau dua arah. Keikutsertaan netizen menuntut kita lebih interaktif dan memahami market kita lebih baik lagi.

Pendekatan yang berbeda ini membuat strategi marketing hari ini berubah. Saat ini kita tidak lagi memberikan hanya brosur atau pemberitahuan yang umum. Namun, kita melakukan pendekatan lain yang lebih bersifat interaktif dengan konsumen.

“Hari ini, antara brand yang satu dengan brand lainnya saling berkompetisi untuk melakukan interaksi dengan masyarakat. Dengan konten-konten yang nonformal, relevan dan dekat dengan keseharian masyarakat, mereka bisa memenangkan hati banyak orang,” tutur lulusan Universitas Gadjah Mada dan University of Oxford.

Andin juga menyatakan bahwa penting mengikuti tren hari ini dalam pembuatan konten yang relevan. Seperti contohnya adalah konten Langit Bisakah Kau Turunkan Hujan dan Petir, Salam Dari Binjai, hingga pada film dan lagu yang sedang hits. Selain tren, kita juga bisa menggunakan wordplay untuk memberikan kesan yang ringan dan mudah dicerna oleh banyak orang.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa tidak selamanya hal yang kita berikan bisa tersampaikan dengan baik. Ada kalanya kita dihadapkan dengan konsumen atau masyarakat yang kecewa. Jika kita mendapatkan komplain, cobalah untuk menunjukkan sikap empati, mendengarkan dengan hati-hati, bertanggung jawab, jelaskan dengan seksama dan berikan solusi. Tidak lupa untuk mengucapkan terimakasih sebagai penutup karena sudah membantu utnuk pengembangan di kemudian hari.

Adapun ketika terdapat ombak besar atau umpan balik yang negatif menghantam kita, ada baiknya jika kita berhenti sejenak dari semua aktifitas media sosial untuk bereflektif. Sesegera mungkin mendiskusikannya dengan para pemangku kepentingan untuk mencari solusi yang terbaik bagi semua. Tidak lupa untuk melakukan monitoring terhadap volume sentimen lewat social media listening tools.

Kontributor: Erwin Josua, EMBA 2021