Artificial Intelligence (AI) telah mengalami peningkatan luar biasa selama beberapa tahun kebelakang dan masih akan terus berkembang pesat. Menurut studi McKinsey Global Institute, teknologi AI diproyeksikan akan menghasilkan nilai $3.5 hingga $5.8 triliun per tahun. Tidak hanya relevan bagi data scientist atau data engineer, teknologi AI juga memegang peran penting di berbagai industri, diantaranya customer service, auditing, bahkan digunakan untuk memprediksi tren makro. Karena penggunaannya yang sangat luas, Prodi Kewirausahaan SBM ITB berkolaborasi dengan The Greater Hub untuk menggelar webinar Fridaypreneurship dengan tema “Introduction to AI and its Application in Business” pada Jumat (3/6/2022). Mengundang Adhiguna Kuncoro, Senior Research Scientist di Google Deepmind London, webinar ini bertujuan untuk memberi wawasan tentang bagaimana aplikasi dan peluang teknologi AI dalam bisnis.

Menurut Adhiguna, AI adalah bidang studi yang bertujuan untuk membangun mesin cerdas (intelligent machine) yang dapat meniru atau melampaui kecerdasan alami manusia. Teknologi AI bersifat multidisiplin yang membutuhkan berbagai macam ilmu, mulai dari ilmu komputer, matematika, psikologi, filsafat, hingga keahlian domain sehingga menjadi bidang yang bagus untuk kolaborasi.

Beberapa penerapan teknologi AI di bidang bisnis yang dicontohkan Adhiguna diantaranya banking service, prediksi market, proses perekrutan, dan chatbot customer service. Selain itu, subbidang dari AI yaitu machine learning juga berguna untuk mendeteksi transaksi mencurigakan, memberi persetujuan pinjaman, hingga memprediksi tunggakan pinjaman berdasarkan profil calon peminjam berdasarkan data historis.

“Penggunaan teknologi AI bertujuan untuk mengurangi human intervention pada tugas-tugas yang bersifat repetitif, sehingga beban karyawan bisa lebih ringan. Misalnya, menjawab pertanyaan customer yang gampang bisa ditangani oleh chatbot, sehingga agen manusia bisa mengurus permasalahan yang lebih rumit,” kata Adhiguna.  Adhiguna juga menambahkan bahwa chatbot customer service diperkirakan menghemat biaya hingga $7.3 milyar pada 2023.

Skala dan kecepatan merupakan dua hal yang menjadikan AI lebih unggul dari manusia. Di dunia perbankan dimana volume transaksi dapat menjadi sangat banyak, akan sangat merepotkan jika diproses secara manual oleh manusia.

“Jika ada satu juta transaksi, mesin bisa menyelesaikannya dalam hitungan detik. Berbeda dengan manusia yang mungkin akan memakan waktu lama. AI juga bisa dengan mudah menemukan penipuan melalui pola-pola dari data transaksi. AI bisa mendeteksi transaksi mencurigakan, jadi manusia hanya tinggal crosscheck, tidak perlu lihat satu-satu,” ujar Adhiguna. “Ditambah lagi, AI tidak mengenal batas geografis, bisa dilakukan dimana-mana,” tambahnya.

Namun, Adhiguna juga mengakui bahwa teknologi AI masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, inovasi masih harus sangat didorong di segala level, termasuk di ITB sebagai institusi pendidikan.

“Di induk perusahaan saya, Alphabet, budget untuk R&D di tahun 2019 itu $26 miliar dari total profit $34 miliar. Ini menunjukkan bahwa inovasi harus menjadi yang terdepan dari segalanya. Daripada kita di-disrupt orang lain, lebih baik kita yang self-disrupt dengan inovasi baru. Inovasi bisa berbentuk dua hal: menciptakan sesuatu yang lebih baik daripada orang lain, atau melakukan sesuatu yang tidak dipikirkan orang lain,” kata Adhiguna

Sebagai penutup, Adhiguna memberi pesan agar kita jangan menganggap teknologi AI sebagai musuh yang akan mengambil alih pekerjaan kita. AI, Machine Learning, dan Deep Learning akan mengubah banyak industri, maka kita harus mengambil inisiatif. Jadilah bagian dari revolusi AI dan pastikan AI bermanfaat bagi semua orang. AI itu melengkapi manusia, bukan menggantikan manusia.

Kontributor: Janitra Nur Aryani, Manajemen 2023