Gairah itu perlu dicari dan ditemukan, bukan bawaan lahir. Dosen senior Sekolah Bisnis Manajemen ITB (SBM ITB) Bernama Yuni Ros Bangun termasuk orang yang mencari passion-nya sendiri.

Berpengalaman sebagai praktisi selama 18 tahun, Yuni akhirnya malah menemukan passionnya sebagai akademisi. Apa yang membuatnya tertarik menjadi seorang dosen di Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB? Yuni menjelaskannya kepada tim Marketing dan Komunikasi SBM ITB di ruangannya, Kamis (29/9/2022).

Yuni mulai jadi dosen SBM sejak tahun 2005 di saat pembukaan SBM oleh ITB. Yuni tertarik menjadi dosen manajemen dan bisnis, walaupun waktu itu sudah berusia hampir 50 tahun.

Yuni melamar sendiri untuk menjadi dosen. Berbekal terpenuhinya syarat menjadi praktisi bisnis melebihi 10 tahun dan pendidikan strata 2 di luar negeri, Yuni berharap passionnya ini tersalurkan di tempat yang tepat.

“Itu kebahagiaan tidak ternilai yang saya dapatkan selama menjalankan passion saya sebagai seorang dosen. Tak ternilai dengan uang, tak tergambar oleh kata-kata,” tutur Yuni.

Saat mengajar, passion soal bisnis itu bisa disalurkan dengan hidup di lingkungan bisnis. Di SBM ITB banyak sekali jejaring keilmuan yang menyebar kemana-mana.

Bukan hal yang mudah untuk berpindah dari ranah praktisi menjadi akademisi. Terdapat turbulensi dalam adaptasi pasca ia melepas karir executive vice president di dunia perbankan dan general manager di perusahaan swasta menjadi dosen.

Yuni sangat bersyukur dapat melewati semua proses yang diperlukan untuk mewujudkan mimpinya untuk menjadi seorang dosen dan memberikan perspektif berharga dalam dunia bisnis secara nyata pada setiap mahasiswanya. Semua itu tidak terlepas dari peran serta dan dukungan dari keluarga.

Sebagai pengajar yang holistic, Yuni memilki pengetahuan berdasarkan berbagai macam sertifikasi dan pelatihan terkait program Neuro Linguistic, sertifikasi Emotional Intelligence at WorkProblem Solving and Decision Making related to the Rationale Managers dari Kepner & Tregoe Model, People Analytic di Universitas Cornell serta Kepemimpinan dan Pengambilan Keputusan dari Harvard Kennedy School of Government.

Bahkan perminatannya dalam topik manajerial perempuan dalam bisnis dan organisasi non profit selama beliau bekerja dengan IPPM pun membuahkan publikasi tulisan dalam buku “Beyond Profit” yang telah terpublikasi di tahun 1989 oleh Asian Institute of Management.

Kepedulian Yuni dalam mendidik mahasiswa sangatlah besar. Lulusan Teknik Pangan Institut Pertanian Bogor ini sering menempatkan diri dalam mengambil peran sebagai orang tua para mahasiswanya.

Bagaikan mendidik anak sendiri, Yuni ingin membentuk masa depan semua mahasiswanya agar dapat berguna di masa yang akan datang. Semangat itulah yang dibawa Yuni untuk mengembangkan kecerdasan dan kehidupan bangsa ke arah yang lebih baik lagi.

Menjadi seorang pendidik bukanlah hal yang mudah, menurut Yuni. Dosen perlu menciptakan suasana belajar yang kondusif lewat rancangan belajar kognitif dan afektif sebagai penunjang pembelajaran yang holistik.

Selain itu, tantangan sebagai dosen pun diuji dalam menganalisa karakteristik mahasiswa. Analisa ini pun diperlukan dalam kegiatan belajar-mengajar agar dapat memberikan pengalaman belajar yang membangun.

Kecintaannya dengan dunia akademisi ini membuahkan beberapa publikasi dan buku ilmiah seperti Kepemimpinan ABG dan Perilaku Organisasi. Selain itu, dengan melihat mahasiswa serius belajar membangun masa depan menumbuhkan semangat Yuni untuk mengajar.

Lulusan Magister Bisnis Manajemen di Universitas Oklahoma itu bercerita, selain melihat mahasiswa yang rajin, hal yang membahagiakannya adalah saat berinteraksi serta bersenda gurau dengan berbagai civitas akademika sembari menjelajah berbagai kafe dan restoran di sela sela waktu mengajar. Hal tersebut dilakukannya untuk melepas stress dan meningkatkan hubungan kekerabatan antara rekan kerja.

Kontributor: Erwin Josua, EMBA 2021
Dinner with friends at Harvard University
Gathering with SBM ITB colleagues
Previous slide
Next slide