Program Pangan Surplus atau “Propalus” milik mahasiswa SBM ITB berhasil menjuarai Kompetisi Mahasiswa Nasional Bidang Ilmu Bisnis, Manajemen dan Keuangan (KBMK) 2022 bidang ketahanan pangan yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kementerian mengadakan lomba tersebut untuk mendukung agenda G20 2022 di mana Indonesia sebagai presidensinya.  

Propalus adalah sebuah gagasan yang diusung oleh Ghanef Rayyan Hanisfy (Manajemen’23) dan Pujangga Reogavi (Kewirausahaan’23) untuk pemerintah. Gagasannya berisikan dua usulan kebijakan, yaitu pembatasan konversi lahan dan ekstensifikasi lahan sawah yang dilindungi (LSD). 

Propalus adalah sebuah gagasan yang diusung oleh Ghanef Rayyan Hanisfy (Manajemen’23) dan Pujangga Reogavi (Kewirausahaan’23) untuk pemerintah.

Kebijakan itu harus diikuti oleh lima program yang berfokus pada bidang pertanian, di antaranya intensifikasi Food Estate berbasis pengutamaan varietas tanaman yang dapat tumbuh di lahan gambut, dan penerapan Urban Farming berupa insentif untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki program Corporate Social Responsibility (CSR) yang berkaitan dengan ketahanan pangan. 

“Kami juga menggagas program Carbon Trading agar perusahaan-perusahaan dapat memberikan pertanggungjawaban ketika ingin mengonversi lahan pangan,” kata Reogavvi.  “Selain itu, ada juga pemfokusan beasiswa LPDP untuk para pemuda yang ingin melanjutkan pendidikan bidang agrikultur ke jenjang sarjana maupun pascasarjana.” 

Selama perlombaan, usaha yang harus dikeluarkan dua mahasiswa tersebut tidaklah sedikit. Sebagai mahasiswa dengan basis keilmuan manajemen, banyak hal baru yang harus dipelajari, seperti kerangka kerja untuk menilai sebuah kebijakan, latihan menyampaikan orasi, dan masih banyak lagi.

Ghanef Rayyan Hanisfy (Management’23)

“Karena temanya agak baru, jadi perlu riset. Dan satu lagi, kita memakai suatu framework yang khusus buat mengetes dan menguji suatu kebijakan,  Nama framework-nya adalah map of approaches to policy innovation, yang dicetuskan oleh Brookfield Institute of Innovation and Entrepreneurship pada tahun 2018 ,” ujar Ghanef.

Menurut Ghanef, mereka mendapat banyak dukungan, mulai dari rekan tim, orang tua, hingga SBM ITB. Fasilitas seperti makanan, tempat, dan dana yang diberikan SBM ITB sangatlah membantu mereka dari segi operasional dalam perjuangan memenangkan kompetisi KBMK tahun lalu. Tak heran, mereka berhasil mendatangkan ide cemerlang yang bernilai bagi pemerintah.

Ghanef dan Reo mendedikasikan kemenangan ini untuk diri sendiri, sebagai bentuk aktualisasi diri, orang tua, negara, dan almamater Institut Teknologi Bandung. Mereka berharap agar SBM ITB mampu mempertahankan gelar juara di tahun berikutnya. 

Kontributor: Rheza Mahesa Raharjo, Manajemen 2023