Mahasiswa tahun pertma SBM ITB melakukan ekskursi ke desa-desa di Majalengka (20/5). Selama ekskursi, mahasiswa terjun langsung dan tinggal di desa-desa, mengenali pola kehidupan dan budaya di masyarakat sekaligus menggunakan ilmu yang didapatkan di kelas. 

Sebagai bagian dari mata kuliah “Kajian Tatanan Masyarakat”, ekskursi ini berjalan selama empat hari dan tiga malam. Sebanyak 344 orang mahasiswa terlibat dalam kegiatan ini. Selama ekskursi mahasiswa didorong untuk melakukan observasi serta mengobrol langsung dengan para penduduk dan tokoh desa.

Pada hari pertama mahasiswa mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang objek, tempat, aktivitas dan individu-individu penting di daerah tersebut. Selanjutnya pada hari kedua dan ketiga mahasiswa terlibat dengan masyarakat melalui aktivitas desa dan berbicara langsung dengan warga. Setiap malam, mahasiswa berdiskusi dengan tutor pendamping untuk mengevaluasi data yang dikumpulkan. Pada hari keempat dan terakhir, semua mahasiswa menyelesaikan semua pengumpulan informasi dan memastikan semua data sudah yang diperoleh cukup

Melalui interaksi dan “field notes” mereka mengamati aspek dan mendokumentasi hal-hal seperti bahasa lokal sunda, sistem teknologi sederhana yang digunakan sehari-hari, struktur sosial petani dan berbagai bentuk-bentuk kesenian. Pemahaman yang mendalam ini kemudian dihubungkan secara langsung dengan “Sustainable Development Goals” (SDGs) yang merupakan 17 Tujuan Global sebagai panduan dan rencana aksi bagi negara-negara di dunia untuk mencapai masa depan yang berkelanjutan untuk semua. Hasil akhirnya adalah mahasiswa diharapkan untuk membuat laporan besar serta etnografi sebagai bentuk rangkuman dari pengalaman lapangan mereka. 

“Saya sekarang merasa lebih nyaman ketika berbicara dengan warga, walaupun ada kendala di bahasa,” ucap salah satu mahasiwsa, Aushaff Farros. 

Farros mengakui ekskursi ini memberikan pengalaman berharga bagi dirinya, membentuk pemahaman dan empati kepada masyararakat. Ia berharap kegiatan ini dapat dilakukan lebih lama untuk memperdalam aspek bisnis, khususnya dalam konteks pedesaan. Dengan demikian, mahasiswa tidak hanya belajar etnografi, namun cara mengaplikasikan manajemen secara praktis dan mengelola informasi untuk memahami dunia sekitarnya lebih mendalam.

Kontributor: M Rafi Rashad Budiman, IB 2027