SBM ITB dan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat (Disdik Jabar) menggelar Bootcamp Entrepreneurship Creative Learning pada hari kedua (12/7) dengan fokus pada peran guru SMK sebagai fasilitator kewirausahaan bagi siswanya. SBM ITB dan Disdik Jabar menggelar pelatihan intensif berbasis praktik ini untuk meningkatkan kapasitas guru-guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam mengajarkan kewirausahaan dengan pendekatan kreatif, aplikatif, dan menyenangkan.
Hari kedua bootcamp mengangkat dua modul penting, yaitu “Peran Guru sebagai Mentor Bisnis” dan “Pengajaran Keterampilan Negosiasi Bagi Siswa”. Eka Yuliana membahas peran strategis guru sebagai mentor bisnis bagi siswa.
Menurutnya, seorang guru kewirausahaan masa kini dituntut menjadi sosok multitalenta yang memiliki growth mindset sebagai fondasi utama. Growth mindset tersebut meliputi tiga hal: terbuka terhadap kritik dan masukan, berani mencoba hal baru serta mengambil risiko, serta mampu melihat kesuksesan orang lain sebagai inspirasi. Melalui pendekatan mentoring yang variatif seperti speed mentoring, one-on-one mentoring, group mentoring, hingga reverse mentoring, guru dapat membimbing siswa secara lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan perkembangan masing-masing individu.
Dalam sesi lanjutan, peserta dibagi ke dalam kelompok untuk melakukan diskusi pemetaan potensi usaha berbasis kearifan lokal di daerah masing-masing. Para guru mengeksplorasi peluang bisnis yang relevan dengan budaya daerah, seperti usaha kerajinan wayang, penyewaan pakaian adat untuk tari, hingga produksi souvenir khas.
Kegiatan dilanjutkan dengan simulasi sederhana berupa role play antara guru dan siswa, di mana guru diarahkan untuk membantu siswa yang ingin memulai usaha jasa namun masih bingung harus mulai dari mana.
Tahapan simulasi mencakup: menggali minat dan keterampilan siswa, membantu melihat potensi usaha, memberikan arahan promosi dan riset sederhana, serta memotivasi untuk memulai dari langkah kecil. Di akhir sesi, peserta juga diminta menyusun rencana mentoring satu bulan ke depan dengan tahapan purpose, engagement, growth, dan completion sebagai kerangka pengembangan berkelanjutan.
Sementara modul kedua “Level Up Skill Negosiasi untuk Siswa” dibawakan oleh Shimaditya Nuraeni. Dalam sesi ini, para guru diajak memahami pentingnya keterampilan negosiasi yang dapat diajarkan kepada siswa sejak dini.
Shimaditya memperkenalkan Golden Rule dalam negosiasi, yaitu bahwa orang akan bernegosiasi ketika mereka merasa bisa membantu atau mendapatkan sesuatu (help), atau ketika ingin menghindari kehilangan sesuatu (hurt). Ia juga menjelaskan beberapa tantangan umum dalam negosiasi, seperti kurangnya kesadaran diri, minimnya persiapan, serta terbatasnya daya ingat terhadap isi pembicaraan.
Julisa, guru dari SMK Negeri 2 Cimahi mengaku sangat terkesan dengan kualitas pembicara dan materi yang disampaikan selama dua hari pelatihan. Menurut Julisa, materinya aplikatif dan dia mendapatkan banyak insight untuk diterapkan langsung di sekolah.
Ia menyoroti tantangan utama yang dihadapi siswanya, yaitu kesulitan dalam menemukan pasar dan memasarkan produk. Ia berharap setelah mengikuti bootcamp ini dapat mengajarkan para siswa agar mereka mampu memasarkan produk mereka secara mandiri dan menghasilkan pendapatan nyata dari kegiatan kewirausahaan sekolah.
Bootcamp Entrepreneurship Creative Learning telah memberikan pengalaman belajar yang mendalam dan aplikatif bagi para guru SMK se-Jawa Barat. Melalui kombinasi teori, praktik, dan refleksi, program ini menjadi pondasi penting dalam membangun ekosistem pendidikan vokasi yang adaptif dan memberdayakan generasi muda untuk menjadi pelaku usaha yang berdaya saing.