Dari waktu ke waktu, Jasa Marga telah melakukan transformasi dan pemanfaatan teknologi dalam melayani pengguna jalan. Gerbang tol kini tidak selalu dijaga oleh petugas. Kemudahan dan kecepatan transaksinya pun efektif dan efisien memberikan manfaat bagi masyarakat luas maupun perusahaan. 

Namun, bagaimanakah dinamika manusia selama proses adaptasi teknologi berlangsung? Direktur HC & Transformasi PT Jasa Marga (Persero) Tbk Bagus Cahya Arinta berbagi pengalaman tersebut saat menjadi pembicara dalam Human Capital Management Talks SBM ITB di ITB Kampus Jakarta, Gedung Graha Irama (Indorama) pada Kamis (24/4). 

Jasa Marga menurut Bagus memiliki program inisiatif untuk menjawab tantangan kebijakan cashless alih profesi. Program yang dinamakan A-Life ini memberikan pemberdayaan serta pembekalan alih kompetensi karyawan ke dalam berbagai bidang baru. Beberapa pilihan alih profesi yang tersedia dalam program restrukturisasi organisasi adalah (1) profesi di induk ataupun di cabang perusahaan, (2) profesi di anak perusahaan jalan tol, (3) profesi di anak perusahaan usaha lain, (4) profesi kewirausahaan dengan sistem kemitraan, serta (5) profesi kewirausahaan mandiri.

Jasa Marga pun melalui banyak aksi korporasi yang juga berdampak pada struktur sumberdaya manusia dalam perusahaan. Seperti pada saat pengalihan kepemilikan JORR kepada Hutama Karya membuat PT Jalantol Lingkarluar Jakarta (PT JLJ) sebagai pengelola dan pemelihara jalan tol Ruas JORR tidak memiliki aktivitas bisnis. Hingga pada akhirnya anak perusahaan tersebut dilikuidasi lewat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).

Menurut Bagus, transformasi tidak dapat dilihat hanya dari sudut pandang kesuksesannya semata. Pembelajaran yang komperhensif merupakan kunci untuk menanggalkan bias.

“Walaupun benang merahnya sama, tetapi satu kejadian belum tentu bisa terulang karena banyak situasi yang tidak serupa,” tutur Bagus.  

Dalam kasus ini, korporasi melakukan beberapa program inisiatif untuk mempertahankan kinerja. Beberapa diantaranya adalah pengalihan karyawan ke PT Jasamarga Tollroad Operator (JMTO), program pensiun normal, program pensiun dipercepat serta program pembayaran pesangon pengalihan karyawan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) menjadi Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT).

Bagus menyatakan bahwa keberlanjutan tidak terlepas dari peran serta manusia dalam perusahaan. Ia mengakui ada berbagai aksi korporasi yang mungkin dapat memberi dampak pada sumberdaya manusia. Yang penting semua harus diselesaikan secara bertahap agar masalahnya tidak membesar seperti bola salju.

Kontributor: Erwin Josua, EMBA 2021