Krisis iklim pada dasarnya bukan membicarakan apa yang ada di kemudian hari. Karena dampaknya sudah terasa dalam kegiatan operasional PT PLN (Persero) hari-hari ini.
For example, the El Niño phenomenon in the tropical Pacific in 2023 triggered prolonged droughts, reducing water levels at hydroelectric power plants and disrupting electricity supply. This circumstance forced PLN to rely on alternative energy sources to maintain operations.
El Niño yang terjadi di Samudra Pasifik tropis pada tahun 2023 lalu misalnya, menyebabkan kemarau panjang. Debit air pada pembangkit listrik tenaga air berkurang hingga membuat pasokan listrik tersendat. Situasi tersebut akhirnya memaksa PLN harus bergantung pada pembangkit dengan energi lain.
Inilah kondisi terkini yang diungkapkan oleh Executive Vice President Transisi Energi dan Sustainability PT PLN (Persero), Kamia Handayani, saat berbicara di Human Capital Management Talks Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung di SBM ITB Jakarta, Gedung Graha Irama (24/4).
Kamia mengutip laporan The Global Risk Report 2025 yang menyebutkan bahwa salah satu risiko jangka panjang yang akan dihadapi oleh masyarakat global adalah terkait dengan krisis lingkungan hidup. Cuaca ekstrem, kepunahan keanekaragaman hayati, perubahan kritis terhadap sistem bumi serta kelangkaan sumberdaya alam, telah masuk ke dalam daftar teratas dari risiko dan permasalahan global.
Pada 2024 saja telah terjadi berbagai peristiwa iklim berdampak tinggi secara global. Termasuk di dalamnya peningkatan gelombang panas, banjir besar, kekeringan yang berkepanjangan, dan percepatan hilangnya gletser.
“Pembicaraan tentang keberlanjutan hari ini bukanlah hanya sekedar perubahan iklim, tapi sudah pada penanganan krisis iklim. Bagi PT PLN, sustainability sudah bukan lagi sekedar opsi,” tutur wanita lulusan University of Twente tersebut.
Menurut Kamia, PLN telah menerjemahkan strategi keberlanjutan menjadi dampak nyata dan mempercepat kemajuan melalui tindakan konkret yang berorientasi pada masa depan. Beberapa diataranya adalah mengurangi emisi sesuai dengan target kontribusi nasional (ENDC), inovasi teknologi yang mengakselerasi energi bersih, mengembangkan ekosistem hijau, mewujudkan transisi yang berkeadilan serta pemberdayaan masyarakat.
Sebagai sebuah perusahaan, PT PLN (Persero) beroperasi penuh dengan trilemma. Tiga komponen yang tarik-menarik itu antara lain adalah keamanan dan kualitas pasokan, harga yang wajar dan terjangkau, serta keberlanjutan lingkungan dan sosial. Ini merupakan pekerjaan rumah yang perlu ditanggulangi oleh perusahaan.
“PT PLN (Persero) hari ini lebih berfokus pada penyediaan layanan yang penuh dengan nilai keberlanjutan. Korporasi sudah tidak melihat listrik sebagai sebuah produk,” kata Kamia. “Dasbor eksekutif hari ini pun bukan hanya sekedar penjualan. Di dalamnya terdapat kredit karbon serta indikator penyelaras lain yang menjunjung tinggi nilai keberlanjutan.”