Budaya seharusnya bukan menjadi hambatan, melainkan jembatan untuk kesuksesan. Budaya menjadi kunci bagaimana bisnis saling terhubung, berkomunikasi, dan berkolaborasi, terutama di bidang yang dalam praktiknya semuanya bersifat dinamis. 

Hal tersebut disampaikan oleh Widyana Lim, Mantan Area Senior Manager di GoJek dan mahasiswa doktoral di Institut Teknologi Bandung (ITB), saat memberikan kuliah tamu bertema “The Culture Factor: Why Understanding People and Their Culture Matters More Than Ever in Business” di SBM ITB pada Selasa (27/5).

“Dalam praktik nyata, ada banyak dilema yang tidak diajarkan oleh teori,” kata Widyana. “Apa yang tertulis di buku teks belum tentu sesuai dengan apa yang terjadi di dunia bisnis.” 

Berdasarkan pengalaman bertahun-tahun di industri, Widyana menekankan pentingnya menyeimbangkan teori akademik dengan dinamika dunia kerja. Selama tiga tahun di GoJek, ia banyak turun langsung ke lapangan untuk memahami aspek komunikasi, komunitas, dan semangat gotong royong.

Dalam hal komunikasi, kata Widyana, GoJek menyesuaikan cara komunikasinya dengan menggunakan visual yang jelas dan bahasa yang sederhana, agar mudah dipahami oleh para mitra pengemudi. 

Kedua, dalam hal komunitas, GoJek memahami bahwa banyak dari pengemudinya memiliki basecamp dan jaringan dukungan sebelum GoJek hadir. Untuk memperkuat ini, GoJek mengadakan sesi ngopi santai, pelatihan, dan diskusi agar keterlibatan semakin kuat dan para mitra merasa dihargai.

Ketiga, dalam hal gotong royong, para pengemudi memiliki solidaritas yang tinggi satu sama lain. Semangat saling bantu ini tercermin dalam berbagai program, termasuk dukungan untuk ribuan anak yatim.

Widyana juga membagikan pengalaman kompleksitas budaya tunjangan hari raya di Gojek. GoJek menghadapi dilema dalam mengelola bonus bagi para mitra pengemudi mereka. Untuk menyeimbangkan operasi dengan ekspektasi budaya, mereka melakukan klarifikasi kemitraan dan menawarkan insentif bagi para pengemudi mereka. Ia menekankan bahwa pemimpin harus tegas namun tetap empatik dalam menghadapi tim yang beragam, serta memanfaatkan budaya sebagai alat untuk membangun kepercayaan dan membuat kebijakan yang lebih efektif.

Widyana berharap kuliah ini dapat mendorong mahasiswa untuk berpikir melampaui teori dan memahami budaya sebagai alat untuk berkomunikasi secara lebih efektif dalam dunia bisnis. Kita perlu mulai mengamati, mendengarkan, dan menghargai aturan budaya di sekitar kita—bukan sekadar bekerja dalam sistem, namun bekerja bersama sistem untuk menjadikannya lebih baik di setiap langkah.

Kontributor: M Rafi Rashad Budiman, IB 2027