Pemahaman akan sebuah produk dan kebutuhan pelanggan sebagai merupakan fondasi utama kesuksesan sebuah bisnis. Nilai inilah yang selalu dia pegang oleh Muhammad Arif, Managing Director Rohde & Schwarz Indonesia

“Yang mengerti produk dan kebutuhan pelanggan dengan baik, justru berpotensi menjadi tenaga penjualan terbaik,” ungkap Arief, saat mengisi kuliah tamu “How to Make Ideas Real Through Invention and Innovation in Technology” bagi mahasiswa peserta mata kuliah Integrated Business Experience (IBE) dan Management of Technology SBM ITB di Bandung pada Rabu (28/5). 

Pemahaman akan produk dan pasar itu kemudian yang diterapkan oleh Rohde saat beroperasi di Indonesia. Kini Rohde & Schwarz punya 14.400 lebih karyawan di 70 negara, termasuk Indonesia, setelah mengalami siklus naik turun. 

“Meskipun perusahaan ini berbasis dari Jerman, tetapi di Indonesia kami selalu menekankan tagline ‘German Technology, Enabled by Indonesian Engineers’” kata Arif. “Artinya kami hanya punya satu insinyur Jerman, sisanya adalah talenta dari universitas lokal.”

Sebagai perusahaan global asal Jerman, Rohde memahami adanya tantangan lingkungan bisnis global seperti ketegangan geopolitik, serangan siber, dan kebutuhan investasi teknologi tinggi. Untuk itu, dalam perusahaan menerapkan pendekatan tiga pilar dalam bisnisnya. 
Pertama strategic positioning. Ini terdiri atas tiga divisi utama, yaitu Test and Measurement, Technology Systems, dan Networks & Cybersecurity. Kedua Strategic Deployment. Ini menyasar pasar industri seperti pertahanan, otomotif, pendidikan, dan keamanan siber. Terakhir, Future Outlook, yang fokus pada pengembangan teknologi masa depan seperti 6G, frekuensi di atas 100 GHz, dan quantum computing.

Arif juga mengajak mahasiswa dan dosen untuk ikut dalam ekosistem inovasi berkelanjutan. R&S membuka akses laboratorium untuk uji prototipe dan mendukung riset bersama berbagai kampus, termasuk ITB dan Telkom University. Bahkan, mereka aktif mendukung riset 6G dan teknologi komunikasi masa depan.

“AI bukan pengganti otak manusia, tapi alat bantu. Sejatinya AI tidak akan bisa menggantikan kreatifitas ide yang terlahir dari manusia,” tegasnya.

Arif menegaskan pentingnya peran inovasi dalam mendorong perubahan. Dia menyampaikan bahwa tanpa keberanian untuk menciptakan teknologi baru, dunia akan tetap berada di titik yang sama.

“Semoga cerita ini bisa memantik ide-ide inovasi terbaru dari kalian, mahasiswa SBM ITB, untuk ikut menciptakan teknologi yang berdampak global,” tutupnya penuh harap.

Kontributor: Dio Hari Syahputra, Manajemen 2026