Mahasiswa SBM ITB peserta mata kuliah Prototyping in Practice mendapat pengalaman eksklusif untuk memahami bagaimana perusahaan teknologi seperti Microsoft berpikir, berinovasi, dan terus beradaptasi di era digital yang sangat dinamis. Dalam kuliah tamunya pada Kamis (22/5), Director of Customer Success Microsoft Dwi Cahyo Nugroho membagi rahasia dapur Microsoft tersebut dalam tiga tema besar: Software Prototyping, Pengembangan Artificial Intelligence (AI), dan Masa Depan Tech Talent.
“Kita tidak hanya bersaing dengan manusia lain. Kita juga bersaing dengan AI. Maka dari itu, kita harus bergerak lebih cepat, beradaptasi lebih cerdas, dan berpikir lebih dalam,” kata Dwi dalam paparannya.
Menurut Dwi, ruang kreasi Microsoft lahir dari Microsoft Innovation Hubs (sebelumnya dikenal sebagai Microsoft Technology Centers), yang pertama kali diluncurkan di Boston pada tahun 2000. Awalnya merupakan eksperimen, pusat inovasi ini dirancang untuk memberikan pengalaman kolaboratif dan imersif kepada klien bisnis. Eksperimen tersebut sukses besar, dan kini konsep ini menjadi standar global di Microsoft.
Innovation Hub ini menjadi ruang kreatif di mana klien, mitra, dan pakar Microsoft dapat bersama-sama mengeksplorasi solusi teknologi melalui proses business envisioning dan rapid prototyping. Dwi menekankan bahwa model bisnis Microsoft pun telah berevolusi.
“Pelanggan tidak lagi hanya ingin membeli produk. Mereka ingin solusi yang membantu menyelesaikan masalah bisnis mereka dan mentransformasi operasional mereka,” jelasnya.
Dwi selanjutnya memperkenalkan metodologi prototyping enam langkah yang digunakan di Microsoft untuk merancang solusi yang berorientasi pada pengguna. Mulai Identifikasi Peran Pengguna, Role Play, Storyboard, Journey Mapping, Prototype, hingga Testing.
Sementara dalam hal AI, Dwi menjelaskan bagaimana Microsoft kini mengintegrasikan AI Agents dan AI Assistants dalam proses bisnis sehari-hari. Contohnya dalam pengelolaan perjalanan dinas, AI kini mampu merencanakan, memesan, hingga melaporkan biaya perjalanan secara otomatis.
Menurut Dwi, perkembangan teknologi akan membentuk masa depan dunia kerja. Peran-peran baru akan terus bermunculan seiring perkembangan teknologi. Beberapa profesi masa depan akan muncul antara lain AI Trainers, Agent and Data Specialists, ROI Analysts, and AI Strategists in marketing, finance, and customer support. Sementara lima keterampilan penting tahun 2025 menurut LinkedIn yang dinilai sangat relevan dengan kebutuhan dunia kerja masa depan yaitu AI Literacy, Conflict Mitigation, Adaptability, Process Optimization, dan Innovative Thinking.
“Dunia berubah lebih cepat dari sebelumnya. Aset terbesar kalian adalah kemampuan untuk terus belajar dan beradaptasi,” tutup Dwi.