SBM ITB kembali menghadirkan forum internasional bergengsi, yaitu International Conference on Management, Entrepreneurship, and Marketing (ICMEM) 2025. Acara ini menjadi wadah diskusi para akademisi, praktisi, dan pelaku industri untuk membahas isu-isu terkini di bidang bisnis dan pemasaran. Salah satu momen yang paling ditunggu adalah sesi bersama Hermawan Kartajaya, pendiri MarkPlus Inc. sekaligus tokoh pemasaran yang sangat diakui oleh Indonesia hingga dunia, bahkan sempat disebut sebagai Bapak Marketing Indonesia.
Dunia mengalami gejolak berbagai disrupsi yang ada, hingga menimbulkan ketidakseimbangan ekosistem, baik itu dalam bidang politik maupun ekonomi. Dalam paparannya, Hermawan menekankan bahwa konsep entrepreneurial marketing merupakan kunci penting untuk bertahan sekaligus tumbuh di era disrupsi yang penuh ketidakpastian. Ia menyebut bahwa perusahaan, baik besar maupun kecil, harus menggabungkan semangat kewirausahaan dengan strategi pemasaran yang relevan agar tetap adaptif terhadap perubahan zaman.
“Dunia sekarang bergerak cepat. Kalau hanya mengandalkan teori pemasaran klasik tanpa jiwa entrepreneurship, maka perusahaan akan tertinggal. Entrepreneurial marketing adalah sebuah konsep bagaimana kita berani mengambil risiko, cepat beradaptasi, tapi tetap berorientasi pada value dari customer,” jelas Hermawan di hadapan peserta konferensi.
Lebih lanjut, ia menyoroti peran anak muda dan dunia akademik, termasuk ITB, sebagai pusat lahirnya inovasi bisnis baru. Menurutnya, lingkungan kampus memiliki potensi besar dalam melahirkan talenta yang tidak hanya memahami teori, tetapi juga berani mengimplementasikan ide-ide kreatif dalam dunia nyata.
“Saya selalu kagum dengan mahasiswa ITB. Di sini, ada kekuatan sains, teknologi, dan seni yang bila digabungkan dengan spirit entrepreneurship akan menghasilkan terobosan luar biasa,” tambahnya.
Hermawan juga menyinggung bagaimana perkembangan digital telah mengubah lanskap bisnis. Ia menyebutkan bahwa digitalisasi bukan lagi pilihan, melainkan keniscayaan.
“Hari ini, siapa yang tidak hadir di digital, maka ia akan hilang dari percaturan pasar. Tapi ingat, digital is not everything. Yang utama adalah bagaimana kita tetap humanis, menghadirkan value yang relevan, dan membangun customer intimacy,” ucapnya.
Sesi yang dipandu dengan penuh antusiasme ini juga memperlihatkan sisi praktis dari konsep pemasaran yang sering Hermawan tekankan. Ia mencontohkan bagaimana perusahaan-perusahaan kecil di Indonesia bisa berkembang pesat karena berani melakukan inovasi sederhana yang dekat dengan kebutuhan masyarakat.
“Jangan tunggu besar dulu untuk sukses. Justru dengan langkah kecil, cepat, dan konsisten, kita bisa memenangkan hati pasar,” tegasnya.
Diskusi yang terjadi usai sesi presentasi juga memperlihatkan bahwa tema entrepreneurial marketing sangat relevan dengan tantangan yang dihadapi bisnis saat ini. Seorang peserta bahkan menanyakan bagaimana perusahaan tradisional bisa mengadopsi strategi kewirausahaan tanpa meninggalkan akar bisnisnya.
Hermawan menjawab dengan lugas, “Kuncinya adalah mindset. Kalau mindset manajemennya masih takut berubah, maka sehebat apapun strateginya akan sulit berhasil. Jadi, ubahlah mindset dulu, baru action.”
ICMEM 2025 sendiri menjadi bagian dari upaya ITB untuk menghubungkan akademisi dengan praktisi industri, sekaligus menghadirkan solusi nyata bagi perkembangan dunia bisnis di Indonesia. Dengan menghadirkan tokoh sekelas Hermawan Kartajaya, ITB menegaskan posisinya sebagai salah satu pusat unggulan yang mengedepankan pendekatan multidisiplin dalam pendidikan bisnis.
Melalui sesi ini, peserta tidak hanya memperoleh wawasan teoretis, tetapi juga inspirasi praktis untuk diaplikasikan di dunia kerja maupun dalam membangun usaha sendiri.
“Saya berharap mahasiswa ITB tidak hanya menjadi pencari kerja, tetapi juga pencipta lapangan kerja. Itulah semangat sejati dari entrepreneurial marketing,” pungkas Hermawan.
Kehadiran Hermawan Kartajaya dalam ICMEM 2025 tidak hanya memperkuat reputasi ITB sebagai kampus yang berorientasi pada dampak nyata (campus for impact), tetapi juga memberi dorongan semangat baru bagi generasi muda untuk berani berinovasi di tengah tantangan global yang semakin kompleks.