Sebelum ada insight, orang harus melalui dan memahami hindsight terlebih dahulu. Maksudnya, sebelum bisa sampai pada pemahaman mendalam (insight), maka seseorang harus mengetahui apa yang terjadi sebelumnya (hindsight).
Melupakan hindsight dan langsung mendapatkan insight kerap dialami oleh para pebisnis. Seseorang ingin untuk menyelesaikan masalah, dan mereka kadang melupakan pentingnya pengalaman, sehingga langsung ingin menciptakan solusi dari permasalahan.
Demikian disampaikan Dwi Purnomo, Dosen Universitas Padjajaran sekaligus Pendiri Design Thinking Academy Indonesia, saat menjadi pembicara workshop Artha Sandbox di Bandung pada Rabu (26/2). Dwi berbicara mengenai kiat pebisnis untuk berinovasi dan dapat tumbuh sesuai harapan. Artha Sandbox sendiri merupakan program dari Ikatan Mahasiswa Kewirausahaan (IMK “ARTHA“) SBM ITB.
Menurut Dwi, sebuah produk dapat dikatakan berhasil jika memberikan manfaat bagi manusia. Pada akhirnya yang kita jual adalah solusi, bukan produk sekadar produk.
Dwi mendorong pebisnis bisa membedakan antara output (keluaran) dan outcome (hasil). Yang terpenting bagi konsumen adalah outcome, bukan output. “Hasil” dari produk lah yang membuat konsumen memakai produk. Sementara output (keluaran) hanya berupa produk. Maka untuk mengembangkan kreativitas, seharusnya pebisnis fokus kepada outcome daripada output.
Selain itu, kata Dwi, untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, kolaborasi dengan berbagai pihak juga sangat penting. Bisnis yang saling terhubung akan menjadi bisnis yang bertumbuh.
Dwi memberi contoh dari beberapa kolaborasi brand, seperti Tahilalats x Onepiece. Kedua brand saling bertukar market mereka dalam kolaborasi ini. Kemajuan eksponensial hanya bisa tercapai jika diikuti dengan integritas dan tujuan baik.