SBM ITB menggelar Human Capital Management (HCM) Talks, sebuah diskusi yang mengupas isu industri terkini di lingkup manajemen sumber daya manusia, di ITB Campus Jakarta, Gedung Graha Irama (Indorama) pada Kamis (24/4). Mengusung tema Sustanability & Public Policy, diskusi ini melibatkan sejumlah pembicara seperti Sudirman Said, Chairman Harkat Negri Institute & Mentri ESDM RI (2014-2016); Director of the Center for Policy and Public Management SBM ITB Yudo Anggoro; Direktur HC & Transformasi of PT Jasa Marga (Persero) Tbk Bagus Cahya Arinta B;  dan EVP Transisi Energi dan Sustainability PT. PLN (Persero) Kamia Handayani.

Sejumlah mitra SBM ITB juga hadir untuk berkontribusi dalam diksusi ini. Mulai dari akademisi dari Bournemouth University, Badan Riset dan Inovasi Nasional, serta berbagai perusahaan ternama nasional dari industry yang beragam seperti PT KAI, PT Pos Indonesia, PT Bio Farma, PT Amerta Indah Otsuka, PELNI, PT KCI, PT Petra Energi Indonesia, PT Toyota Motor Manufacturing, dan masih banyak lagi.

Direktur HC & Transformasi PT Jasa Marga (Persero) Tbk., Bagus Cahya Arinta, membahas integrasi isu keberlanjutan dalam formulasi kebijakan Human Capital. Menurut Bagus, rencana pembangunan nasional diturunkan ke dalam strategi perusahaan negara agar sesuai dengan bidang kerja. 

Rencana kemudian diturunkan dalam berbagai kebijakan yang implementatif, yang cocok bagi sumber daya manusia dan sesuai dengan kondisi terkini yang dihadapi oleh perusahaan. Dengan demikian, setiap insan dalam perusahaan dapat berjalan dengan nilai-nilai keberlanjutan.

Sesi dilanjutkan dengan pembahasan terkait praktik terbaik kemitraan publik-swasta dalam keberlanjutan pengetahuan. Para panelis pada dasarnya menekankan pentingnya peran serta manusia dalam isu keberlanjutan. 

Sudirman Said menyatakan bahwa keberlanjutan bukanlah soal kepemilikan, tetapi soal cara kita hidup. Tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi dilakukan lewat kolaborasi yang membangun agar tujuan bersama dapat tercapai.

Sementara Yudo Anggoro mengatakan tantangan ke depan adalah bagaimana cara mendukung sistem yang dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas dalam pembuatan kebijakan di Indonesia. Dengan demikian, diharapkan pemerintah dapat menanggapi isu aktual yang ada di dalam masyarakat secara optimal.

Sementara Kamia menyoroti pembicaraan tentang keberlanjutan hari ini bukanlah hanya sekedar perubahan iklim, tapi sudah pada penanganan krisis iklim. Untuk itu, emisi bersih merupakan suatu hal yang perlu kita prioritaskan hari ini.

Kontributor: Erwin Josua, EMBA 2021