Menjadi Mahasiswa Berprestasi Institut Teknologi Bandung Tahun 2025 bukanlah mimpi semalam bagi Albert Lukas Hasugian. Sebab, mahasiswa Program Studi Kewirausahaan SBM ITB angkatan 2025 yang akrab disapa Abek itu sudah mulai ikut seleksi mapres sejak tahun kedua kuliah. Namun, percobaan pertama saat itu ia belum berhasil.
“Memang belum rezekinya,” ujarnya ketika ditemui di Bandung pada Rabu (25/6).
Kegagalan itu tak membuat Abek mundur—justru menjadi bahan bakar untuk mencoba kembali di tahun terakhir. Albert memulai kembali proses seleksi Mapres di tingkat program studi, kemudian lanjut ke tingkat sekolah di SBM ITB. Ia tidak memasang target terlalu tinggi saat itu.
“Aku sengaja nggak ekspektasi banyak, biar masih ada ruang untuk kecewa kalau nggak lolos,” katanya.
Tapi justru dari sikap realistis itu, Albert malah dipercaya untuk mewakili SBM ITB ke tingkat institut. Beban tanggung jawab pun bertambah. Dua tahun berturut-turut, wakil SBM selalu keluar sebagai Mapres Utama ITB. Hal ini membuat Albert makin ingin memberikan yang terbaik. Ia aktif mencari tahu proses seleksi, bertanya langsung kepada Mapres sebelumnya, dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan serius—dari portofolio capaian unggulan hingga gagasan inovatif.
“Prosesnya panjang dan melelahkan. Waktu, tenaga, dan pikiran terkuras,” ungkap Albert.
Ia harus membagi waktunya antara magang di Jakarta, pengerjaan skripsi, dan segala urusan seleksi Mapres. Perjalanan Jakarta–Bandung sudah jadi rutinitas. Tapi ia menjalaninya dengan tekad dan tanggung jawab.
“Karena ini bukan cuma tentang aku, tapi juga membawa nama baik SBM dan ITB,” kata Albert.
Bagi Albert, gelar Mahasiswa Berprestasi bukan sekadar soal menang atau lolos seleksi. Lebih dari itu, ini adalah perjalanan pembentukan diri.
“Kegagalan, tantangan, dan penolakan juga bagian dari proses ini. Tanpa itu semua, aku bukan Albert yang sekarang,” ujarnya.
Ia percaya bahwa setiap orang punya garis start dan finish yang berbeda. Tidak perlu membandingkan proses diri dengan orang lain.
“Just take your time, do your best, dan apapun hasilnya, ambil pelajarannya. Itu yang paling penting,” pesan Abek untuk teman-teman mahasiswa lainnya.
Kini, Albert tak hanya menjadi Mahasiswa Berprestasi ITB, tapi juga melangkah lebih jauh mewakili ITB di tingkat wilayah. Ia mengaku ini semua di luar ekspektasinya.
Perjalanan Albert menjadi pengingat bahwa menjadi mahasiswa berprestasi bukan soal siapa yang paling cepat, tapi siapa yang paling siap. Siap untuk gagal, siap untuk belajar, dan siap untuk terus bertumbuh.