Sebagai pendiri Bukalapak dan mantan direktur PT Telkom Tbk Muhammad Fajrin Rasyid, menekankan agar tujuan membangun bisnis bukan hanya untuk mengejar keuntungan. Pelaku usaha jangan hanya sukses secara angka, tetapi juga mampu membawa perubahan nyata bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

“Kenapa sih kita bikin bisnis?” tanya Fajrin saat menjadi pembicara diskusi bertajuk “Delivering an Impactful Business” di Auditorium Freeport SBM ITB pada Rabu (4/6). 

Sebuah pertanyaan pembuka yang langsung mengundang antusiasme peserta. Banyak yang menjawab karena ingin cuan, biar kaya, dan lain-lain Fajrin lalu mengajak mahasiswa untuk berpikir lebih dalam. Menurut Fajrin, yang juga menjabat Strategic Advisor Edelweiss Healthcare Group, bisnis adalah tentang makna dan nilai yang bisa diberikan kepada banyak orang.  

“Bisnis yang besar itu lahir dari purpose atau tujuan yang besar,” kata Fajrin. 

Dia mencontohkan Google misinya “mengorganisasi informasi dunia”. Microsoft ingin “memberdayakan setiap orang dan organisasi”. Meta (Facebook) “ingin membangun komunitas”. Semua perusahaan tersebut punya tujuan yang kuat di balik produk yang mereka tawarkan.

“Jika kita hanya mengejar uang, kita bisa cepat menyerah dan down saat tantangan datang. Tapi kalau kita punya tujuan besar, kita akan tetap semangat karena kita tahu apa yang sedang kita perjuangkan,” jelasnya.

Selain tujuan, ada peranan penting dari perkembangan dan kemajuan suatu bisnis, yaitu teknologi. Pemanfaatan teknologi yang koheren menjadikan elemen penting dalam membangun bisnis terutama dalam pengekspansian. 

“Yang penting bukan harus jago teknologi, tapi tahu cara menggunakannya untuk membuat bisnis lebih cerdas,” ungkapnya.

Bisnis dibentuk dari tiga fundamental dasar dan dilengkapi dengan sebuah langkah penting atau kerap disebut sebagai eksekusi. Keempat hal tersebut, yaitu ide, berangkat dari suatu problem nyata yang ingin diselesaikan. Kedua, tim. Dalam membangun sebuah bisnis, pastikan orangnya benar, bukan hanya teman dekat, tapi orang yang punya kemampuan dan karakter yang tepat. Ketiga, modal. Asas paling penting, bisa berjalan jika ide dan tim sudah solid. Sementara eksekusi adalah bagian terpenting dalam menjalankan suatu bisnis dari nol hingga sukses.

“Bisnis bukan soal ide siapa yang paling keren, tapi siapa yang bisa jalanin dengan konsisten,” tegasnya.

Dia bahkan menyebut, ide sederhana seperti jualan ayam goreng pun bisa jadi besar kalau dikerjakan dengan serius dan berkelanjutan. 

Fajrin juga menceritakan satu kisah inspiratif yaitu perjalanan film animasi Indonesia Jumbo.  Dia berkata bahwa film itu dibuat selama lima tahun oleh animator lokal. Di awal bahkan film itu sempat sepi peminat, kalah dengan pabrik gula. 

“Namun, akhirnya bagaimana? Film tersebut ditonton lebih dari 10 juta orang di bioskop dan meraih pendapatan Rp 20 miliaran. Kuncinya yaitu terletak pada ketekunan, idealisme, dan strategi yang tepat,” kata Fajrin. 

Menghadapi dunia bisnis yang semakin kompleks, dia juga menekankan pentingnya memiliki growth mindset, yaitu keinginan untuk terus belajar. Skill seperti komunikasi, problem solving, adaptasi, dan kemampuan bekerja sama menjadi semakin penting dalam pergerakan bisnis di sektor manapun.

“AI semakin hari semakin canggih, tetapi hal tersebut akan menjadi kematian buat diri kalian jika kalian tidak punya semangat belajar. Percayalah bahwa kita manusia lebih hebat dari AI, intinya yaitu ketekunan dan kegigihan dalam belajar akan membuat kalian jago dan sukses,” ungkapnya.

Fajrin menyimpulkan, bisnis yang berdampak bukan hanya soal modal atau ide cemerlang. Tapi tentang niat yang kuat, tim yang tepat, teknologi tepat guna, dan eksekusi yang konsisten. Semangat membangun bisnis bukan hanya untuk jadi kaya, tapi untuk memberi makna dan manfaat bagi orang lain.

Kontributor: Dio Hari Syahputra, Manajemen 2026