Profesor Strategi dan Kewirausahaan di University of Minnesota, Prof. Shaker A. Zahra, mengatakan keberlanjutan kini menjadi perhatian penting dalam dunia industri secara global. Menurut dia, keberlanjutan bukan hanya pilihan, tetapi keharusan. 

“Perusahaan yang tidak beradaptasi dengan perubahan ini akan tertinggal,” ujar Prof. Zahra ketika menjadi pembicara dalam talkshow hari kedua di nternational Conference on Management in Emerging Markets (ICMEM) 2025 yang digelar oleh Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung di Bandung (21/8). 

Zahra menjelaskan, banyak industri baru yang muncul berkat keberlanjutan, seperti energi terbarukan, pertanian berkelanjutan, dan teknologi hijau, yang menciptakan peluang pekerjaan dan pendapatan. Industri-industri ini bukan hanya menciptakan peluang, tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan.  Sektor kendaraan listrik dan energi terbarukan telah menciptakan lapangan pekerjaan global yang besar. Sementara industri fashion berkelanjutan telah mempekerjakan sekitar 75 juta orang. 

“Keberlanjutan membuka peluang untuk pertumbuhan ekonomi dan lapangan pekerjaan baru,” ungkapnya.

Zahra mengingatkan bahwa negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, memiliki potensi besar untuk memanfaatkan keberlanjutan sebagai pendorong ekonomi dan menciptakan industri baru yang ramah lingkungan.

“Keberlanjutan bukan hanya tentang mengurangi jejak karbon, tetapi juga tentang menciptakan industri yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” kata dia. 

Talkshow ini juga menghadirkan Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis PT Pertamina (Persero)  Agung Wicaksono dan Harimukti Wandebori dari SBM ITB. Agung mengatatakan, Pertamina fokus pada implementasi keberlanjutan dalam operasi mereka. 

“Pertamina memiliki mandat kuat untuk memimpin transformasi di sektor energi,” ujarnya. 

Pertamina baru saja menguji coba penerbangan pertama Pelita Air yang menggunakan bahan bakar Sustainable Aviation Fuel (SAF) berbasis minyak goreng bekas (Used Cooking Oil/UCO). 

“Pada momen bersejarah ini, Pelita Air terbang dari Jakarta ke Bali dengan bahan bakar yang dihasilkan dari minyak goreng bekas, yang merupakan langkah penting dalam mendukung transisi energi berkelanjutan,” jelas Agung.

Namun demikian, Agung menekankan pentingnya kolaborasi antara sektor publik dan swasta dalam mencapai tujuan keberlanjutan. Untuk mewujudkan transisi energi yang sukses, dibutuhkan sinergi antara pemerintah, perusahaan energi, dan sektor lainnya. 

“Sektor swasta dan pemerintah harus bekerja sama dalam mencapai tujuan keberlanjutan, baik untuk kepentingan perusahaan maupun untuk masyarakat dan lingkungan,” tambahnya.

Sebagai bagian dari komitmennya terhadap keberlanjutan, Pertamina menargetkan untuk mencapai zero-emission pada tahun 2060 atau lebih cepat. Berbagai inisiatif yang diambil perusahaan ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), dengan fokus utama pada aspek Environmental, Social, and Governance (ESG). Agung menyoroti peran penting dari kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah dalam menciptakan kebijakan yang mendukung pencapaian tujuan tersebut.

Sementara itu, Harimukti Wandebori, Associate Professor di SBM ITB,  menekankan bahwa kewirausahaan di Indonesia harus mempertimbangkan tantangan sosial dan budaya lokal untuk memastikan keberlanjutan dapat diterapkan dengan lebih efektif. 

“Kewirausahaan di Indonesia harus mempertimbangkan aspek sosial dan budaya yang unik,” ungkapnya.

Meskipun sampai saat ini Indonesia masih mengandalkan industri tradisional, Harimukti percaya bahwa negara ini memiliki banyak peluang untuk mengembangkan sektor-sektor baru yang ramah lingkungan, seperti energi terbarukan dan teknologi hijau. 

“Kami membicarakan tantangan, tetapi kami juga berbicara tentang peluang yang ada di Indonesia, terutama di sektor potensi energi terbarukan,” ujarnya.

Harimukti menekankan bahwa infrastruktur yang mendukung dan pengembangan sumber daya manusia yang terampil sangat penting untuk mendukung keberlanjutan. Dia berharap agar pembangunan sumber daya manusia yang memiliki kesadaran terhadap keberlanjutan dan kemampuan berinovasi dapat mendorong Indonesia menuju masa depan yang lebih hijau.

Kontributor: Hartanti Maharani, Manajemen 2026