UMKM memberikan kontribusi 60,3 percent dari PDB nasional dan menyediakan 99 percent lapangan kerja. Dengan perannya yang begitu penting dalam perekonomian Indonesia, Presiden Joko Widodo menginstruksikan kepada Kementerian BUMN agar membina UMKM untuk bisa bisa naik kelas.

Hal tersebut sebagaimana diucapkan oleh Herdi Widiantoro, Manager Market Accelerator and GTM Strategy PT Telkom Indonesia dalam sesi dosen tamu di mata kuliah bisnis jasa, SBM ITB, pada Kamis, (1/7/2021).

“Presiden menginginkan UMKM untuk naik kelas, instruksi presiden tersebut kami terjemahkan ke dalam 4 program,” ucapnya.

Herdi menjelaskan, dalam menjawab instruksi presiden tersebut, Kementerian BUMN memiliki 4 program utama untuk membantu UMKM untuk bisa naik kelas. Di antaranya adalah program Go Modern, program yang memberikan pembelajaran dan pendampingan agar UMKM bisa menghasilkan produk dengan packaging yang bisa bersaing secara global. Program selanjutnya adalah Go Digital, dalam program ini, UMKM dibantu untuk memanfaatkan teknologi dasar untuk operasional dan efisiensi.

Selanjutnya, Herdi mengatakan, Kementerian BUMN juga memiliki program Go Online dan Go Global untuk memperluas pasar UMKM. Go Online bertujuan untuk mendampingi UMKM dalam ekspansi pasar dan Go Global mempunyai visi untuk memberikan pendampingan dan pembelajaran agar UMKM dapat melakukan ekspansi pasar secara global.

Dengan adanya program tersebut, Hardi menuturkan ada beberapa manfaatkan yang dapat diperoleh oleh pelaku UMKM. Manfaat tersebut diantaranya adalah UMKM memiliki akses pasar pada BUMN, akses ke pasar luar negeri, pembinaan untuk peningkatan kualitas produk, dan akses modal kerja. Selain itu, kemitraan UMKM dengan kementerian BUMN juga membuka akses bagi pelaku UMKM untuk masuk ke dalam rantai pasok global dan meningkatkan kualitas UMKM untuk menjadi lebih kompetitif.

Herdi lanjut menjelaskan, sebagai bentuk implementasi dari program tersebut, Kementerian BUMN mengembangkan produk yang berguna bagi UMKM seperti, Rumah BUMN (Platform untuk membina UMKM), Bonum (aplikasi POS), QRen (Pembayaran berbasis QR code), Sakoo (manajemen toko digital), dan PaDi UMKM (Pasar online untuk UMKM). Setelah melakukan iterasi and integrasi, produk tersebut dikembangkan  menjadi Pesantren Digital, My Sooltan, dan PaDi UMKN. Herdi menuturkan, produk ini juga sesuai dengan kebutuhan dari UMKM.

Dalam presentasinya, Hardi juga menjelaskan proses design thinking yang dia digunakan untuk membuat produk yang sesuai dengan kebutuhan user. “Metode ini dimulai dengan melakukan empathized dengan mengetahui apa problem yang dihadapi oleh konsumen, kemudian dilanjutkan dengan mendefinisikan masalah (define), melahirkan ide (ideation) serta membuat prototype ( prototype) dan melakukan testing kepada konsumen apakah solusi yang kita hadirkan sesuai dengan kebutuhan konsumen (testing). Kemudian, proses ini akan terus di iterasi sehingga menemukan solusi yang sesuai.

Kontributor: Deo Fernando, Kewirausahaan 2021