Awal tahun 2020 merupakan momen perubahan paling signifikan bagi perusahaan-perusahaan di seluruh dunia, tak terkecuali Talkinc. Seperti perusahaan lainnya, banyak ekspektasi dan harapan perusahaan yang digantungkan pada awal 2020 sebagai resolusi tahun baru. Namun, pandemi Covid-19 telah merubah rencana-rencana dan harapan-harapan untuk 2020.

Klien perusahaan-perusahaan milik Talkinc satu per satu berguguran, mulai dari membatalkan kontrak hingga mengundur waktu pelatihan hingga waktu yang tidak bisa ditentukan.

“Ya, bagaimanapun pada akhirnya kami harus berusaha berdamai dan berjuang untuk bertahan,” ujar Becky Tumewu sebagai Founder Talkinc pada E-Talk Series MBA ITB dengan judul “Business Communication After Pandemic, What Changes?” , Kamis (1/7/2021).

Sebagai pendiri Talkinc, Becky tidak dapat begitu saja menyerah pada keadaan pandemi. Bagaimanapun ia harus siap untuk dunia yang tidak lagi akan menjadi sama seperti sebelumnya, menjalani kenormalan baru. “Not only to survive, but also to strive,” ujar Becky saat menjelaskan bahwa dirinya memutuskan untuk berdamai seperti negara Singapura dengan keputusannya berdamai dengan pandemi di dunia yang kompleks, fluktuatif, tidak pasti, dan ambigu.

Becky yakin bahwa era VUCA (volatile, uncertain, complex, and ambiguous) ini justru merupakan sebuah peluang untuk mengubah paradigma kita seiring dengan perubahan pada dunia. Hal ini mencakup perubahan dalam paradigma hingga cara hidup. Oleh karena itu, Becky membawakan sebuah materi mengenai strategic planning untuk bertahan hingga hidup kembali dan menjadi lebih baik dengan langkah surviving, brainstorming, plan journey development, reviving

Selain strategic planning, internal perusahaan juga harus dibenahi dengan teknik 3R dari McKinsey. Pertama untuk resolve, menenangkan karyawan dan memberikan informasi dan solusi mengenai keadaan saat itu. Lalu resilience, untuk berkomunikasi secara simpel, bebas, dan sering untuk membangun optimisme, kreatifitas, dan momentum untuk membangun bisnis lagi. Terakhir return, yaitu re-imajinasi dan membuat kembali dengan berdamai dan bahu membahu untuk membangun semangat yang baru untuk masa mendatang setelah masa berduka.

Resolve, resilience, dan return bisa dilaksanakan dengan mempersatukan antara purpose, person, dan people. Komunikasi yang dibangun untuk pasar dan perusahaan juga harus berdasarkan dengan flow of mind, yaitu alat bantu untuk mengkomunikasikan hal yang ada dalam pikiran dengan tiga pertanyaan: what? So what? Now what?.  Perlu diingat pula, bahwa komunikasi yang dibuat haruslah disampaikan dengan logika dan data (heart) hingga menyentuh hati (heart) dan sampai mendorong pendengar untuk melakukan aksi (hand).

Pada akhir sesi talkshow yang dipandu oleh Stacia Edina Hasiana Sitohang, Becky menyatakan bahwa pada akhirnya adaptabilitas lah yang akan menjadi kunci. “Kecepatan dan skala COVID-19 melahirkan ketidakpastian dan gangguan emosional. Bagaimana organisasi berkomunikasi tentang hal itu dapat menciptakan kejelasan, membangun ketahanan, dan mengkatalisis perubahan positif,” tutup Becky.
Kontributor: Tjia Alphani, Kewirausahaan 2022