Seringkali kita merasa bosan, tidak bergairah, dan merasa malas dalam melakukan rutinitas sehari-hari. Meskipun kondisi tersebut wajar kita alami sebagai manusia, namun hal tersebut tentu sangat mengganggu kehidupan kita sehari-hari.

Dr. Hary Elias, Direktur Akademik Temasek Independent School, memaparkan konsep ikigai untuk hidup yang lebih bermakna dan punya tujuan kepada mahasiswa SBM ITB dalam sesi dosen tamu di kelas performance art, Selasa, (7/9/2021). Mengutip dari kamus Oxford, ikigai adalah dorongan motivasi atau sesuatu yang membuat seseorang mempunyai tujuan atau alasan untuk hidup. Dalam bahasa Jepang “Iki” memiliki arti hidup dan “Gai” berarti nilai.

Setiap orang memiliki Ikigainya masing-masing dan Ikigai setiap orang tidak sama satu sama lain. “Menemukan Ikigai  sangatlah penting. Dengan ikigai, hidup akan terasa lebih bermakna dan bahagia,” ujar Hary.

Konsep ikigai sudah dijalankan oleh masyarakat Jepang sejak lama sehingga mereka menemukan kebahagiaan dalam hidup dan memiliki angka harapan hidup yang tinggi. Oleh karena itu, jika kita tidak menemukan ikigai kita, hidup akan tidak bergairah dan tanpa makna. “Kalian harus menemukan ikigai kalian,” ucap Hary kepada mahasiswa SBM ITB.

Hary menuturkan, dalam ikigai terdapat 4 diagram utama. Diagram tersebut diantaranya adalah apa yang disukai, apa yang dunia butuhkan, apa hal yang membuat seseorang bisa dibayar, dan apa keahlian seseorang. Irisan dari keempat itulah yang kemudian menjadi ikigai seseorang.

“Kalian harus mencari hal yang kalian suka, apa yang dunia butuhkan, menemukan keahlian anda, dan hal apa yang anda bisa dibayar,” tuturnya.

Harry menegaskan bahwa ikigai bukanlah satu entitas, tetapi terdiri dari berbagai kombinasi entitas. Dalam kuliah umumnya, Hary mengajak mahasiswa untuk menemukan ikigai mereka masing-masing. Hary mendorong mahasiswa untuk mencari kombinasi dari hal apa yang membuat mereka bahagia, membuat mereka kaya, menemukan aktivitas yang membuat mereka bermanfaat bagi masyarakat, hal yang mereka suka dan cinta untuk melakukannya.

Kontributor: Deo Fernando, Kewirausahaan 2022