Sahat Hutajulu resmi menyandang gelar doktor dalam management science dengan yudisium sempurna (cumlaude) oleh penguji dari Sekolah Bisnis dan manajemen (SBM) ITB dan perwakilan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Dalam sidang promosi doctor, Sahat berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “5G technology Development Framework for Indonesian Telecommunication Industry Using Scenario Planning and Agent Based Modelling,” yang dilaksanakan melalui zoom meeting, Kamis, (23/9/2021).

Berbekal axial coding & scenario planning serta menggunakan agent based modelling, Sahat mengusulkan kerangka untuk pengembangan teknologi 5G di Indonesia. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh masih ketertinggalan Indonesia dari negara lain dalam pengembangan dan komersialisasi teknologi 5G.

Teknologi 5G sendiri adalah teknologi seluler generasi ke-5 yang dirancang untuk meningkatkan kecepatan dan meningkatkan fleksibilitas layanan. Sahat menuturkan, Indonesia baru beralih ke teknologi 5G pada Mei 2021, berbeda dengan negara lain seperti China yang sudah jauh lebih dulu beralih ke teknologi 5G dan sudah mulai berencana beralih ke 6G. “Indonesia sendiri baru launching 5G secara komersial di tanggal 27 Mei 2021,” imbuh Sahat.

Sahat Hutajulu yang menyelesaikan pendidikan sarjananya di Teknik Elektro ITB dan lebih dari 14 tahun pengalaman di perusahaan telekomunikasi ini mengungkapkan tantangan Indonesia dalam mengembangan teknologi 5G. Tantangan tersebut diantaranya adalah, tingginya biaya investasi, disintegrasi dengan pemerintah daerah,  tingginya kebutuhan fiber optik di daerah terpencil, memerlukan spektrum frekuensi yang tinggi, keterbatasan aplikasi dan inovasi.

Dari tantangan tersebut, melalui disertasinya Sahat mencoba menemukan framework yang nantinya bisa dijadikan sebagai landasan bagi pembuat kebijakan untuk mengembangkan teknologi 5G di Indonesia. “Dari tantangan tersebut, kami membuat research question tentang bagaimana Indonesia bisa sukses dalam pengembangan teknologi 5G yang membawa keuntungan bagi negeri,” ucap Sahat.

Selanjutnya,disertasinya yang dipromotori oleh Prof. Wawan Dhewanto, S.T, M.Sc., Ph.D tersebut, Sahat mengembangkan kerangka pengembangan 5G yang terdidiri dari 3 tahap proses pengembangan. Tahap pertama yaitu initiation stage, dimana teknologi 5G datang ke Indonesia sehingga Indonesia perlu menerapkan skenario untuk proses pengembangan, selanjutnya tahap kedua adalah tahap internalization stage dimana dalam tahap ini penting untuk kolaborasi antar pemangku kepentingan dalam infrastruktur serta pentingnya proses komersialisasi teknologi untuk membentuk ekosistem. Dan tahap terakhir adalah tahap difusi atau generation

Kontributor: Deo Fernando, Kewirausahaan 2021