Sekitar 150 orang mahasiswa yang terdaftar dalam program KMMI Acceleration Bootcamp menjalani sesi mentoring akselerasi pertumbuhan start-up pada Jumat, (24/9/2021). Didampingi oleh praktisi bisnis dari startup ternama seperti kolaborasi.co, ZAPPS, Skilvul, dan SIAP, peserta bootcamp mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi dan bertanya langsung seputar pendirian startup dan cara mengatasi permasalahan yang mungkin muncul dalam bisnis startup.

Dibagi dalam delapan kelas dengan mentor yang berbeda, sesi mentoring dilaksanakan dengan berfokus pada diskusi dan tanya jawab. Suasana yang santai menjadikan peserta lebih nyaman untuk bertanya dan mengajukan topik sehingga banyak insight yang didapatkan.

Salah satu topik yang diangkat dari pertanyaan peserta yaitu tentang apakah startup layak untuk didirikan. Co-founder dari kolaborasi.co, Moon Marva, berpendapat bahwa hal tersebut bergantung pada esensi startup sendiri. “Selama ini orang-orang berpikir bahwa startup itu tech company, tetapi sebenarnya startup adalah bisnis yang masih dibangun dan mencari tahu bisnis modelnya seperti apa (bukan model bisnis konvensional),” ujar Moon.

Co-founder kolaborasi.co yang lain, Sutansyah Marahakim, berbagi pendapat yang sama. “Startup itu tidak harus tech, tidak harus app, tidak harus flying cars, tetapi harus ada 5 faktor. Harus innovativedisruptiveproblemsolvingfastgrowing, and scalable,” kata Sutansyah.

Dia kemudian menganjurkan agar peserta tidak terlalu terpaku pada konsep startup. Dia sendiri bernisnis pembuatan konten atau content development, bukan startup.

Sutansyah juga membahas tentang permasalahan dalam memilih bisnis, antara menjalankan sesuatu di bidang yang disuka atau yang memiliki demand besar. Dia menyarankan untuk memilih bidang yang disukai.

“Bisnis itu tidak 1-2 tahun. Lumayan lama, kalau tidak suka pasti ‘enek’. Jangankan 2 tahun, 3 bulan aja pasti ‘enek’,” ujarnya.

Namun, dia juga mengingatkan bahwa segala sesuatu itu ada harganya. Dia kemudian menyimpulkan bahwa pilihan bisnis ini harus disesuaikan dengan tujuan akhir dari para founders, apakah mereka ingin mengejar profit atau passion.

Berkaitan dengan permasalahan memilih bisnis, mentor lain yaitu Managing Director dari Social Innovation Acceleration Program (SIAP), Aghnia Banat, mendorong para peserta untuk masuk ke bidang social enterprise dan menyelesaikan masalah-masalah nyata yang ada di masyarakat. Sedangkan Managing Partner dari Social Innovation Acceleration Program (SIAP) dan Co-founder Skilvul, William Hendrajaja, memiliki usul lain, yaitu edu-tech. Dia berpendapat bahwa bidang edu-tech adalah bidang yang menarik dengan banyak ruang terbuka selama nilai yang ditawarkannya tepat.

Terakhir, Chief Executive Officer dari ZAPPS, Galaxy Ruzhar, memberi masukan tentang cara memperlakukan bisnis. “Perlakukan bisnis sesuai fasenya. Bayi dulu, lalu anak-anak. Ketika sudah besar, baru bisa diajak berlari. Jangan langsung lompat, karena bisnis perlu waktu. Apalagi branding,” ujarnya.

Sesi mentoring diakhiri dengan saran dari Adryan Hafizh kepada peserta yang berminat menjadi anggota kolaborasi.co agar mencoba masuk ke The Greater Hub terlebih dahulu untuk membangun pondasi yang kuat. Dia juga merupakan salah satu lulusan awal dari The Greater Hub. Program Acceleration Bootcamp yang merupakan kerjasama The Greater Hub SBM ITB bersama dengan LPIK ITB dan Ditmawa ITB sebagai salah satu program Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia ini akan dilanjutkan pada 6 Oktober 2021.

Kontributor: Janitra Nur Aryani, Manajemen 2023