Pandemi Covid-19 merupakan peristiwa besar yang menyebabkan ketidakpastian ekstrim pada berbagai aspek kehidupan secara global, termasuk di bidang bisnis. Tak sedikit bisnis yang kewalahan menghadapi ketidakpastian ini. Namun, terdapat juga bisnis yang mampu bertahan, bahkan menjadikan pandemi ini sebagai momentum unjuk gigi terkait ketahanan dan keunggulan bisnis tersebut.

Salah satu perusahaan yang dapat menghadapi pandemi dengan mumpuni adalah PT Angkasa Pura II. Perusahaan yang bergerak di bidang layanan aviasi, khususnya pengelolaan bandar udara di Indonesia bagian barat ini, menunjukkan kepiawaiannya dalam konteks keberlanjutan bisnis pada masa yang tak menentu.

Hal ini menarik perhatian Program Studi Strategic Marketing Executive MBA (SMEMBA) SBM ITB untuk menjadikan PT Angkasa Pura II sebagai contoh nyata bagaimana menjalankan strategi bisnis yang baik di era ketidakpastian. Untuk itu, SMEMBA SBM ITB mengundang Muhammad Awaluddin, Direktur Utama dari PT Angkasa Pura II (Persero), untuk menyampaikan kuliah tamu pada Sabtu (06/11/2021) berjudul “Managing Business Sustainability in Extreme Uncertainty” yang menjelaskan bagaimana keberlanjutan bisnis PT Angkasa Pura II dalam menghadapi pandemi Covid-19 sebagai bentuk ketidakpastian ekstrim.

PT Angkasa Pura II memegang operasional 20 bandara besar di Indonesia. Salah satu bandara yang masih dioperasikan tentunya adalah Bandara Internasional Soekarno Hatta yang terbesar di Indonesia sekaligus terpandang di dunia, sebagai bandara dengan volume penumpang terbesar di Asia Tenggara.

Puncak volume penumpang di Bandara Soekarno Hatta terjadi pada 2018, dengan jumlah penumpang mencapai 112 juta. Akibat pembatasan mobilisasi ketika pandemi, terjadi penurunan volume penumpang sampai 60% pada 2020 dibanding sebelumnya. Sedangkan, pada 2021, terjadi penurunan sebesar 42% dibanding 2020. Meski penurunan terkesan tinggi, persentase tersebut tidaklah separah yang diprediksikan oleh International Civil Aviation Organization (ICAO). Tak hanya itu, International Air Transport Association (IATA) juga memberikan prediksi data yang serupa.

Meskipun dengan penurunan traffic rate yang cukup signifikan, PT Angkasa Pura II tetap berbangga atas performanya. Sebagai sektor yang bergantung pada kebijakan pemerintah yang notabene cenderung berubah-ubah, perusahaan tetap dapat melakukan perbaikan di 2020 sebagai bentuk upaya bangkit dari imbas pandemi. Pun dengan 2021, performa perusahaan juga menunjukkan peningkatan.

Mentrasformasi brand 

Berbicara mengenai marketing, suatu bisnis perlu melihat pasar terlebih dahulu. Dalam konteks industri penerbangan, Awal mengungkapkan bahwa 68% penumpang berasal dari generasi millenial. Data tersebut berimplikasi pada perubahan struktur dan tata pelayanan penumpang di bandara.

Milenial diketahui banyak terbang seorang diri dengan cara yang praktis. Contoh nyata penerapan strategi layanan bagi milenial adalah dengan memperbanyak self checking counter untuk menghindari antrian disertai dengan proses check-in digital, hingga penataan desain bandara yang dibuat “Instagrammable”.

Selain itu, dalam rangka memberikan rasa aman bagi penumpang untuk terbang dan bepergian selama pandemi Covid-19, perusahaan melakukan transformasi sistem biosecurity dengan menerapkan protokol kesehatan yang diawasi secara ketat. Hal ini dilakukan untuk menjaga ‘customer trustworthiness’.

Itulah mengapa, pada Juli 2020 hingga Desember 2020, PT Angkasa Pura II giat mengampanyekan kampanye penerbangan secara aman untuk menghapuskan ketakutan penumpang dalam perjalanan. Adapun, kampanye tersebut dilakukan untuk menyampaikan 3 pesan utama, antara lain:

  1. PT Angkasa Pura II adalah perusahaan yang sejalan dengan pemerintah,
  2. Tersedianya layanan yang aman dan nyaman di setiap Bandara PT Angkasa Pura II,
  3. Aksi korporasi PT Angkasa Pura II di masa pandemi COVID-19.

Tentunya, upaya kampanye yang dilakukan harus dibarengi dengan pemanfaatan komunikasi media sosial yang strategis. Tidak hanya oleh pihak korporasi, seluruh stakeholder pun dapat menggunakan akun sosial media pribadi untuk ikut menyampaikan kampanye yang dilakukan perusahaan. Awal menyebutkan bahwa corporate communication strategy and evaluation control dilakukan dengan ketat.

“Justru saat masa seperti ini, kami harus sering tampil ke depan dan memberikan informasi supaya orang tidak bingung dengan perubahan apa yang sedang terjadi,” kata Awal.

Sebagai Direktur Utama, dia senantiasa mendorong perusahaan untuk mengupayakan pemberitaan setidaknya 2 hingga 3 kali dalam seminggu tentang kabar terbaru serta inovasi yang dilakukan perusahaan, termasuk kolaborasi dengan pihak-pihak lain dalam penanganan pandemi. Bahkan, informasi sederhana seperti berapa harga tes PCR di bandara juga senantiasa diberitakan.

Tak heran jika pada 2020, PT Angkasa Pura II meraih penghargaan gold winner dalam PR Award, sebagai apresiasi bentuk keberhasilan perusahaan dalam bidang corporate communication untuk menjaga branding perusahaan di era ketidakpastian.

Written by Student Reporter (Mochamad Daffa, Management 2022)