Untuk menyebarluaskan ilmu dan mempererat kerjasama antar sivitas akademika, Magister dan Doktor Ilmu Manajemen, SBM ITB menyelenggarakan MSM DMS Lounge bertemakan “Performance Management System in Financial and ICT sector”.

Diselenggarakan secara daring, forum ini dihadiri oleh Dr. Sinta Aryani selaku dosen Telkom University dan Hendy Santosa Sundoro selaku Project Manager di Evermos. Kedua pembicara menjelaskan hasil penelitian mereka mengenai sistem manajemen kinerja di sektor keuangan dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Sinta Aryani melalui paparannya yang berjudul “The Relationship of Financial Factors in Asset Pricing” mengungkapkan, masih ada ketakutan masyarakat dalam membeli saham. Memang dalam hal membeli saham, banyak sekali resiko yang akan kita hadapi dan kemudian masih banyak orang yang bertanya-tanya bagaimana cara membangun investasi portofolio yang berkinerja tinggi.

Oleh karena itu, melalui penelitiannya, Sinta mencoba menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian saham dari sisi finansial. Alhasil, masyarakat bisa mengenal saham dan mencoba berinvestasi saham. “Saya ingin masyarakat mengenal saham dan mulai berinvestasi saham,” kata Sinta, Jumat (17/12/2021).

Sinta yang juga lulusan DSM SBM ITB ini menyebutkan implikasi kajiannya yang bermanfaat bagi investor dalam membangun portofolio investasi saham yang efektif. Kemudian, dengan menerapkan model yang diusulkan oleh Sinta, investor dapat secara efektif mengelola pengembalian portofolio mereka.

Hendy Santosa Sundoro kemudian mempresentasikan penelitiannya tentang sistem manajemen kinerja di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Dalam penelitiannya, Hendy mencoba menelusuri ketidakselarasan antara bisnis dan  Teknologi Informasi (TI). “Mengapa bisnis dan TI sulit untuk diselaraskan?” tanya Hendy. Melalui penelitiannya, Hendy kemudian menemukan bahwa tiga faktor utama berkontribusi pada ketidakselarasan antara bisnis dan Teknologi Informasi (TI).

Pertama, masih terdapat gap antara kompetensi utama karyawan dengan teknologi (human factor). Ditemukan bahwa ketidakmampuan staf TI untuk mengikuti inovasi akan menghalangi TI mengubah persyaratan bisnis menjadi solusi teknologi.

Kemudian, Hendy mengatakan bahwa organisasi tidak menerapkan arsitektur enterprise yang sesuai sehingga strategi bisnis tidak cukup didukung oleh sistem TI mereka (faktor arsitektur enterprise). Terakhir, faktor penyebab ketidakselarasan antara bisnis dan TI adalah kurangnya kapasitas untuk mengukur kontribusi TI pada perusahaan (faktor implementasi proyek TI).

Dari ketiga faktor tersebut, Hendy kemudian membagi menjadi 12 subfaktor yang harus diperhatikan organisasi ketika menyelaraskan bisnis dan TI.

“Manajer bisnis dan TI juga harus memanfaatkan temuan studi ini dengan mengevaluasi ketersediaan di ruang kerja mereka dari 12 faktor misalignment,” kata Hendy yang merupakan alumni MSM SBM ITB.

Kontributor: Deo Fernando, Kewirausahaan 2021