Dalam melakukan komersialisasi sebuah teknologi, tidak lengkap apabila sebuah produk diluncurkan ke pasar tanpa adanya prototipe. Prototipe ini sendiri dapat kita katakan sebagai sebagai sebuah proses dalam mengembangkan produk dengan cara membuat model purwarupa. Mulai dari Pre-Produksi (perencanaan pembuatan produk), Produksi (pembuatan bahan bahan dan perakitan produk) hingga Post-Produksi (pendistribusian dan evaluasi). Pertanyaannya adalah, bagaimana caranya kita membentuk sebuah prototype agar dapat menghasilkan produk yang optimal dan menarik bagi masyarakat?

Hadir untuk menjawab pertanyaan tersebut dalam kelas virtual, SBM ITB mendatangkan dosen tamu yang merupakan seorang ahli di bidang Komunikasi Visual dan Multimedia berikut Wakil Dekan Bidang Sumber Daya Fakultas Seni Rupa dan Desain, Dr. Intan Rizky Mutiaz, M.Ds, Selasa (1/3/2022).

Dari sudut pandang seorang pegiat estetika, Intan mengatakan bahwa sebuah produk pastilah harus memiliki sebuah kriteria nilai yang menjual sebelum dilepaskan pada masyarakat. “Prototyping diperuntukkan agar sumberdaya yang kita pergunakan tidak terbuang sia sia. Nilai itu harus bisa diterima, dirasakan dan dicerna langsung manfaatnya oleh target market,” tutur Intan.

Sebagai catatan, perlu diketahui bersama bahwa pada dasanya teknik prototyping ini bisa dilakukan dari berbagai macam jenis produk barang dan jasa. Teknik ini umum diketahui untuk diterapkan bagi barang berwujud seperti makanan, obat, skincare, mobil dan lain sebagainya. Namun, teknik dan metoda pengujicobaan ini pada dasarnya mampu juga diterapkan untuk barang yang tidak berwujud seperti film, perangkat lunak, aplikasi, situs serta produk yang bermanfaat lainnya.

Intan yang merupakan dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB ini pun menuturkan bahwa saat ini bentuk komunikasi produk dalam bentuk visual sangat mendominasi dan tersebar luas. Para pegiat desainer ditantang untuk membuat produk yang mampu menarik perhatian banyak orang hanya dalam waktu singkat.

“Bahkan untuk iklan di Youtube sendiri, kita memiliki kesempatan selama 5 detik untuk menarik perhatian orang. Berikut juga dalam bentuk aplikasi dan situs, semua value harus bisa tersampaikan dengan lengkap sehingga konsumen tertarik untuk mencoba. Maka dari itu kita harus dapat memaksimalkan kesempatan tersebut,” tutur Intan.

Dalam segala pengalamannya, Intan pun mengatakan bahwa bentuk perhatian menjadi salah satu bagian penting dari prototyping yang bisa dipetakan dan direncanakan.  Setelah atensi teralihkan, perusahaan bertugas untuk memastikan value yang diberikan produk user friendly dan valuable. Sehingga kedepannya user mendapatkan pengalaman terbaik bagi penyelesaian masalahnya.

Kontributor: Erwin Josua, EMBA 2021