Sertifikasi halal tak hanya diperlukan pada produk makanan, tetapi juga fashion, travel, kosmetik, farmasi dan masih banyak lainnya. Dari dasar ini, banyak orang awam yang bertanya mengenai urgensi dari produk halal non-makanan. Untuk itu MBA ITB menghadirkan CEO PT.Soka Cipta Niaga, Aman Suparman sebagai narasumber praktisi bisnis yang terlibat langsung dalam industry terkait.

Perlu diketahui bersama bahwa bahwa produk halal ditunjukkan bukan hanya dari sertifikat. Dalam perjalanannya, suatu produk barang atau jasa melibatkan proses audit atau pemeriksaan mengenai jaminan produk. Dengan melalui proses ini, konsumen dapat lebih merasa aman dan terlindungi.

“Sertifikasi halal ini pada dasarnya lebih dari sekadar unsur kepercayaan maupun keagamaan. Inti dari kehalalan dari suatu produk ini adalah mengenai kepastian produk selama rangkaian produksi memberikan kualitas yang unggul dan terjamin higienitasnya,” tutur Dewan Pakar dalam organisasi Masyarakat Ekonomi Syariah tersebut.

Pria yang juga merupakan Komisaris PT. Tampomas Cipta Pesona ini pun menuturkan beberapa kunci dalam proses sertifikasi halal. Pertama dari bahan baku, dasar dan/atau campuran kimia untuk bahan baku itu haruslah terbebas berasal dari unsur yang haram. Kedua dari proses produksi, mesin-mesin pembuatan berikut alat-alat pendukung kinerja perusabaan lainnya tidak menggunakan peralatan yang haram. Terakhir dari lingkungan produksi, dalam lingkungan pembuatannya, produk terbebas dari najis dan sudah mendapatkan sertifikat sistem jaminan halal.

Perlunya Edukasi Produk Halal

Aman pun memaparkan bahwa potensi industri halal di negara kita sangatlah besar. Indonesia yang mayoritasnya adalah umat Muslim secara data merupakan negara dengan populasi Muslim terbanyak di dunia, yakni sebesar 227.226.404 juta jiwa. Hal ini dapat dilihat dalam sudut pandang kesempatan maupun tantangan bagi pelaku bisnis dalam beberapa tahun ke depan.

Untuk menjawab tantangan tersebut, pria yang juga merupakan Pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan Pengurus Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) ini pun terus berupaya mengedukasi masyarakat lewat berbagai cara. Mulai dari membuka pintu untuk kunjungan lewat Open Factory, melakukan Edutainment produk halal, menjadi pembicara di beberapa media, seminar hingga berdiskusi dalam ruang-ruang kelas di beberapa universitas.

Menurut Aman, Indonesia perlu belajar dari negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darusalam. Paradigma berfikir dan berperilaku penduduk di sana sudah membuat halal sebagai gaya hidup. Dimana konsep halal, produk barang dan jasa dapat diterima dengan sangat baik bagi umat Muslim. Berikut menjadi pilihan produk terjamin bagi seluruh penganut kepercayaan nonmuslim yang ada di negara-negara tersebut.

Kontributor: Erwin Josua, EMBA 2021