Civitas SBM ITB dengan bangga memperkenalkan pemenang kompetisi L’Oréal Brandstorm 2022. Dengan bermodalkan mimpi menjadi tim yang bersinar seperti matahari di Paris, tim ‘Mon Soleil’ berusaha keras untuk meraih juara di tingkat nasional dan berhak untuk melaju ke kancah internasional. Tim ini beranggotakan 3 putri terbaik lintas fakultas dari ITB, yakni Angela Thrisananda Kusuma (Bachelor of Entrepeneurship 2022, SBM ITB), Salma Yasyifa (Bachelor of Pharmacy 2023, Pharmacy ITB) dan Yumna Dzakiyyah (Bachelor of Electrical Engineering 2023, STEI ITB).

Pada kesempatan kali ini, tim Markering dan Komunikasi SBM ITB mencoba menghubungi salah satu anggotanya, Angela Thrisananda Kusuma (11/04/2022).

Bagaimana awal mula cerita kalian bertemu dan membentuk tim ini?

Kami bertemu di luar kegiatan kampus ITB. Sekitar 2020, kami semua bertemu di satu divisi riset dan pengembangan dalam non-profit organization (GrowthLab) yang Angel buat pada saat itu. Pertama-tama, tim ini ada karena kami sama sama punya kecocokan dari pola pikir dan pola bicara.

Walaupun kami berasal dari fakultas yang berbeda, dengan semangat saling melengkapi kami pikir ini bisa jadi modal yang bagus dan potensi untuk mengikuti lomba. Salma dari fakultas farmasi yang lebih mengerti mengenai hal terkait dengan hormone, Yumna itu lebih ke arah teknikal aplikasi berikut perangkat dan Angel sendiri dari sudut pandang bisnis secara umum.

Ini bukanlah lomba yang pertama kami ikuti, sebelumnya, pada 2021 kami masih belum berhasil lolos ke babak selanjutnya. Namun, dengan usaha dan kerja keras, kami bisa menang lomba ini dan melaju ke tingkat internasional.

Apa tantangan yang kalian hadapi selama perlombaan?

Tantangan yang selama ini kami rasakan selama lomba adalah dari waktu dan keilmuan. Dari sisi waktu, perbedaan jam kuliah dan kepentingan tiap masing-masing jurusan menuntut kami untuk mengorbankan waktu malam untuk bertukar pikiran. Sedangkan dari sisi keilmuan, tuntutan kami adalah mencari ide baru yang berani tapi masih memungkinkan untuk dilakukan.

Bagaimana cara kalian untuk saling berkomunikasi di tengah pandemi seperti ini?

Secara garis besar, pandemi justru memudahkan kami dalam menentukan waktu dan tempat kegiatan. Kami hanya perlu membuat ruangan virtual. Dengan adanya pemanfaatan alat alat dan perangkat lunak yang online seperti Miro dan Google Documents, semua jadi lebih mudah. Untuk presentasi offline sendiri, kami coba bertemu untuk berlatih presentasi sesuai dengan porsinya masing masing.

Mengapa memilih mengikuti lomba ini?

Lomba L’Oréal Brandstorm ini adalah lomba yang cukup terkenal. Dimana sudah 30 tahun lomba ini diadakan dan banyak alumni dari angkatan sebelumnya yang mengikuti lomba prestisius seperti L’Oréal Brandstorm ini. Dan yang paling utama adalah karena kami sangat tertarik dengan perusahaan FMCG. Dimana menjadi tantangan tersendiri bagi kami agar bisa membuat innovasi bagi perusahaan sebesar L’Oréal. Kami berharap bahwa ide kami dapat menjadi suatu investasi bagi L’Oréal untuk mengembangkan produknya di kemudian hari.

Ide apa yang kalian tawarkan dalam lomba ini?

Agar ide kami jadi innovasi bagi L’Oréal, kami mencoba cari yang belum ada. Akhirnya kita mencoba membuat skincare journey yang punya basis kondisi hormone yang personalized. Nama innovasinya Hypersync, dimana inovasi ini diharapkan dapat menjawab tantangan dari perusahaan yang mengusung tema disturb beauty yang melibatkan tech, green sustainability dan inclusion.

Bagaimana kehidupan kampus di tahun-tahun terakhir kalian?

Semua anggota memiliki tantangannya masing masing. Kalau dari Salma dan Yumna, mereka sedang banyak banyaknya kelas prakrtikum, laporan praktikum, jurnal. Sedangkan saya sendiri beban tugas akhir mahasiswa. Sembari lomba, skripsi saya sendiri masih berprogres hingga hari ini. Dan yang membuat kita nyaman di SBM adalah dukungan dari dosen pembimbing untuk mengikuti lomba.

Apakah bentuk dukungan ITB dan SBM ITB untuk kalian?

Saya selalu mendapat dukungan yang sangat besar dari seluruh ekosistem SBM. Mulai dari sisi materi seperti bantuan mengenai digital mockup, membuat video, biaya serta hal lain yang kadang sulit untuk provide, SBM sangat mendukung. Jadi kita bisa fokus untuk ke pengembangan inovasi serta eksplorasi ide untuk kepentingan lomba. Sedangkan dari sisi non-materi, kalau kita butuh bantuan, kita selalu di tolong sama lingkungan SBM. Mulai dari kebutuhan surat menyurat yang tanggap hingga bimbingan dosen untuk bagian-bagian tertentu yang kami rasa butuh untuk memvalidasi ide kami. Dukungan lain juga kami rasakan dari keilmuan dosen-dosen fakultas Farmasi dan STEI yang sangat mumpuni.

Apa saran kalian untuk teman-teman lain terkait lomba, work-life ,aupun hal lain?

Untuk lomba, tips pentingnya adalah memilih lomba yang tepat dan sesuai dengan ketertarikan kita karena itu akan mempengaruhi sama kelangsungan lomba kita. Kedua jangan segan buat approach temen temen kita yang beda ilmu. Karena ilmu itu sendiri adalah sumber daya yang membuat ide kita kaya. Terakhir, adalah buat jadwal dan target agar kita tidak terlalu terlena.

Sedangkan untuk kehidupan pribadi, saya menyeimbangkan dengan hobi. Coba untuk meluangkan waktu untuk hal yang kita sukai. Kalau saya bermain social media sebelum tidur membuat saya senang. Selain itu, kita harus enjoy dengan proses lomba. Tahu mana waktu main dan tau mana waktu kita serius.

Terakhir untuk teman teman lainnya, saya menyarankan pada teman teman SBM untuk manfaatkan waktu singkat kuliah kita semaksimal mungkin tergantung dari preferensi kita masing masing. Jangan lupa untuk enjoy belajar. Manfaatkan waktu kita baik itu di kelas untuk paham ilmu. Sedangkan di luar kelas untuk hal yang lebih praktikal seperti komunikasi dan hal teknis berguna lainnya.

Sekali lagi, selamat untuk para pemenang. Civitas ITB dan SBM ITB bangga telah mampu mendidik dan mengasah mahasiswinya untuk terus aktif dan berprestasi.

Kontributor: Erwin Josua, EMBA 2021