SBM ITB mengundang Ananto Prasetio selaku Business Analytics Practitioner sebagai pembicara pada mata kuliah Knowledge Management dan Learning Organization, Selasa (19/4/2022). Ananto Prasetio menyajikan data storytelling dengan judul presentasi “The Emerging Presentation Trend in Today’s Data Driven World”. Dia memaparkan tentang definisi data storytelling, cara melakukan data storytelling, dan apa yang selanjutnya dilakukan setelah data storytelling.

Sebagai lulusan Rotterdam School Management dan mantan bankir kawakan dengan pengalaman kerja profesional lebih dari 26 tahun di industri perbankan, Ananto pertama kali membuka presentasinya dengan fakta bahwa orang Amerika paling takut berbicara di depan umum, meskipun Amerika sebagai negara maju. Ia juga menyampaikan misi dan aspirasi pribadinya untuk mentransformasikan talenta Indonesia guna mendukung pembangunan Indonesia 4.0.

Ananto menyatakan bahwa kemampuan berkomunikasi sudah sangat penting sejak dulu. Salah satu kompetensi utama yang dibutuhkan untuk menghadapi industri 4.0 adalah hard skills, soft skills, dan character quality. Bagi Ananto, data storytelling merupakan pendekatan terstruktur untuk mengkomunikasikan wawasan data secara efektif melalui data, naratif, dan visualisasi. “Mengapa sebagian besar presentasi salah? Pikiran kita mungkin bertanya. Dijawab bahwa sebagian besar, salah dengan desain dan penyampaian presentasi: terlalu penuh kalimat, atau pembicara membaca slide,” kata Ananto.

Ananto memberikan beberapa tips dalam melakukan presentasi data. Pertama, membuatnya singkat dan sederhana. Selanjutnya, penting untuk melakukan persiapan sebelum data storytelling karena storytelling memperkuat kemampuan presentasi dalam desain, penelitian, dan penyampaian. Selain itu, memilih topik yang tepat juga sama pentingnya dengan melakukan presentasi. Topik harus menarik, melibatkan audiens Anda, dan memanfaatkan keahlian Anda. Terakhir, Ananto juga memberikan tips untuk selalu menggunakan visualisasi atau gambar saat melakukan presentasi karena sebuah gambar bernilai 1.000 kata.

Kontributor: Tjia Alphani, Kewirausahaan 2022