Dalam mata kuliah Kreativitas dan Inovasi, Maryam Fadhilah menyajikan materi  Creativity as a Tool for Problem Solving, Selasa (5/7/2022). Maryam Fadhilah memiliki beragam pengalaman dalam berbisnis serta aktivitas sosial. Ia meneruskan kuliahnya ke jenjang Master di MBA ITB setelah sebelumnya juga menempuh pendidikan di SBM ITB.

Maryam Fadhilah memperkenalkan usahanya yang bernama Richie Garden sebagai bahan pembelajaran. Richie Garden kini adalah villa keluarga, restoran, serta penyedia fasilitas outing. Brand Richie Garden telah melewati beragam hal hingga bisa seperti sekarang. Mulanya Richie Garden adalah tanah kosong milik keluarga yang diperuntukkan untuk sapi-sapi ternak. Karena ada banyak ruang yang tidak terkelola, Maryam Fadhilah memutuskan untuk memanfaatkan lahan tersebut untuk membangun usaha. Awalnya lahan tersebut hanya digunakan sebagai fasilitas aktivitas outdoor untuk pelanggan. Namun lahan tersebut sempat digunakan juga untuk education farming.

Namun, karena kesulitan operasional, Maryam Fadhilah melakukan pivot, selagi tetap meneruskan Richie sebagai fasilitas outdoor activities, ia mengubah haluan ke arah hospitality. Setelah melewati beragam tantangan termasuk Covid-19, Richie Garden yang mulanya bernama Richie The Farmer, berhasil memvaluasi beragam layanan dan produk, yakni restoran, villa keluarga, MICE (Meetings, Incentives, Conferences, Exhibitions), dan outdoor activities (untuk perusahaan, sekolah, kampus, maupun pertemuan keluarga).

“Berpikir kreatif pada dasarnya adalah kemampuan untuk mempertimbangkan sesuatu dengan cara yang baru. Orang sering bilang thinking out of the box, dan memang betul. Kadang kita harus ‘keluar’ untuk melihat sesuatu dengan berbeda,” jelas Maryam Fadhilah.

Ia menambahkan, keluar dari zona aman memang memiliki risiko tersendiri. Bisa jadi mempertaruhkan reputasi atau bahkan zona nyaman dan aman itu sendiri. Namun kemampuan berpikir kreatif memperkaya kebisaan kita untuk bertahan di situasi apapun. Misalnya dalam dunia bisnis, berpikir kreatif dapat menaikkan pendapatan dengan menyajikan lebih banyak servis tanpa menambah pegawai. Berpikir kreatif juga dapat membantu aktivitas pemasaran dengan usaha minimal serta mengganti sistem manajemen dengan lebih efisien.

Menurut Maryam Fadhilah, kemampuan berpikir kreatif sebetulnya bisa diasah. Cara-caranya adalah dengan komunikasi, berpikir terbuka, problem solving, analisis, dan keteraturan (organization).”Keteraturan kerap kali dinilai tidak ada hubungannya dengan kreativitas. Padahal dengan menjadi teratur, kita bisa lebih mengartikulasi rencana tindakan kita dan memenuhi deadlines,” ungkapnya.

Maryam Fadhilah juga membahas proses ideation atau menciptakan ide. Dalam menciptakan ide untuk kebutuhan bisnis, ada dua jenis pendekatan. Yakni pendekatan pasar dan pendekatan produk (market approach and product approach). Market approach dapat dilakukan dengan menggunakan customer journey map atau pemetaan perjalanan pelanggan. Menggunakan pemetaan tersebut, kita dapat menghasilkan ide.

Adapun product approach bisa dilakukan dengan menggunakan Design Thinking Process (proses berpikir berbasis desain). Proses tersebut terdiri dari empathize (berempati), define (mendefinisikan), ideate (mengidekan), prototype (purwarupa), test (uji coba). Lewat kombinasi atau salah satu kedua pendekatan tersebut, kita dapat menghasilkan ide-ide yang bisa diterapkan dalam bisnis.

Secara praktik, Maryam Fadhilah menyarankan pengusaha untuk “main keluar.” Dari “main keluar” yang kaya akan diskusi dan wawasan, kita bisa melatih kemampuan-kemampuan yang dapat membantu bisnis. Main keluar juga memberi kita tantangan tersendiri untuk bisa menghadapi ketidakpastian.

Di akhir kelas, Maryam Fadhilah mengutip Albert Einstein, “kreativitas adalah melihat apa yang orang lain lihat dan berpikir tentang apa yang orang lain tidak terpikir”.

Kontributor: Hadiyanti Ainun Atika, YP MBA 2021