kedekatan relasi antara perusahaan, produk dengan konsumen. Lalu, bagaimana caranya agar suatu organisasi dapat terus bertransformasi mengikuti perkembangan jaman? Jawabannya ada pada kelas virtual SBM ITB oleh Managing Director & Partner dari Boston Consulting Group (BCG), Lenita Tobing, Senin (4/7/2022).

Mantan Strategy Partner PwC Network dan Arghajata Consulting ini pun menyebutkan bahwa dengan adanya era baru, pekerjaan yang ada diperkirakan hanya akan menciptakan 1 persen produktivitas. Oleh karena itu, organisasi yang tidak mampu beradaptasi akan sulit untuk menanggulangi kondisi terkini. Hal ini terjadi karena adanya ketimpangan pada permintaan dan penawaran dalam ekosistem digital.

Sebagai konsultan bisnis yang telah melanglang buana dari Mieza Indonesia, Booz & Company hingga PricewaterhouseCoopers – Sydney, Lenita menyatakan bahwa ketidakmampuan perusahaan untuk menanggulangi permintaan dan penawaran dalam ekosistem digital akan membuat banyak tantangan dalam perusahaan.

“Contohnya, pengembangan yang terpisah, banyaknya birokrasi, lemahnya manajemen vendor, kapabilitas pengembangan dan operasional, terlalu banyak manajer tanpa diiringi banyaknya pelaku, panjangnya proses dalam projek, rendahnya indicator performa produktifitas serta terbatasnya pelaporan dalam dan antar tim,” ucap Lenita.

Kekuatan Revolusi Perubahan 

Kunci perubahan sebuah organisasi pada dasarnya tergantung dari pemenuhan faktor-faktor revolusi digital yang dipetakan dalam diagram permintaan dan penawaran. Dari sisi permintaan, perusahaan harus bisa meningkatkan fungsi teknologi yang menciptakan produktifitas (AutomationBig Data and Advanced Analytics serta Access to information) dan perubahan cara kerja dari pembuatan nilai bisnis (kemudahan dalam kompleksitas, kelincahan dan kecepatan serta strategy pendekatan baru terkait konsumen).

Sedangkan dari sisi pernawaran, perusahaan harus mampu menaklukan tantangan dari perubahan distribusi sumber daya (perubahan besaran demografi, ketimpangan keahlian serta kemampuan menghadapi dispersi geo-eco-politik) juga perubahan kultur dan budaya angkatan kerja (terkait kesejahteraan, individualism kewirausahaan serta inklusi terhadap perbedaan).

Kontributor: Erwin Josua, EMBA 2021