Pebisnis harus memiliki sejumlah pola pikir untuk bergerak dalam online business. Pola pikir pertama adalah fokus. Seseorang yang baru terjun ke area online business tidak disarankan untuk memulai banyak bisnis sekaligus.

Hal itu diungkapkan Aliefan El Islamy hadir sebagai dosen tamu dalam mata kuliah Retail Management, pada Selasa (12/7/2022).  Alief membagikan materinya yang penuh wawasan sebagai digital marketing specialist. Alief memiliki banyak pengalaman di bidang pemasaran, kini ia menjadi digital marketing specialist di Excommerce Digital Indonesia. Adapun brand-brand yang menjadi tanggung jawabnya adalah Stalker, Hightymensware, NSA IND, Nabillasyal, The Nu Episode, Amigos De Nimes, dan Morwick.

Pola pikir selanjutnya adalah sikap mau belajar. “Tanpa niat belajar, kita akan tertinggal, sebab bisnis daring berkembang dan berubah dengan pesat,” ujar Alief.

Pola pikir ketiga adalah berani mengambil risiko. Untuk berkembang dengan pesat, kita cenderung harus mengambil risiko. Tentunya dengan proyeksi hasil di awal. Selama kita memiliki dasar yang kuat, tak ada salahnya mengambil risiko. Yang keempat adalah fleksibel. Untuk tercapainya target dan performa prima, kita harus bisa menyesuaikan strategi.

Selanjutnya, ada empat hal yang perlu dilakukan untuk menentukan produk yang ingin dijual. Hal pertama adalah riset pasar atau market research. Ada banyak alat yang bisa digunakan untuk melakukan riset pasar, misalnya Keyword Plan di Google Ads, Google Trends, dan bahkan fitur-fitur yang bisa digunakan oleh penjual di marketplace.

Kemudian tentukan kita akan menjual produk di pasar yang sudah terbentuk atau belum. Dalam penjelasannya, Alief menyebutnya sebagai red ocean dan blue ocean. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya, hal tersebut lah yang menjadi bahan pertimbangan.

Adapun yang ketiga adalah melakukan analisis harga jual. Hal tersebut bisa dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal seperti HPP (Harga Pokok Penjualan), biaya operasional, biaya admin, gratis ongkir, cashback, iklan, dsb. Yang keempat adalah analisis pesaing (competitor analysis). Hal tersebut berguna sebagai acuan strategi bisnis dan posisi kita.

Setelah produk, Alief menjelaskan mengenai funneling. Bentuk funneling yang digunakan dalam penjelasan Alief adalah model AISAS. AISAS terdiri dari Attention, Interest, Search, Action, dan Share. Attention dan Interest yang berada dalam upper funnel, sementara Search, Action, dan Share berada di lower funnel. Upper funnel mempengaruhi perubahan psikologis, bersifat pasif, dan digunakan untuk membangun awareness audiens. Sementara lower funnel lebih berorientasi pada tindakan dan bersifat aktif, sehingga mendorong audiens untuk melakukan pembelian.

Kemudian Alief menjelaskan tentang pembagian tim bisnis yang mendasar. Tim bisnis biasanya terdiri dari operasional, produksi, marketingreporting, dan konten. Alief kemudian melanjutkannya dengan studi kasus bisnis celana denim. Dalam studi kasus tersebut, kenaikan omzet meningkat pesat setelah dilakukannya penerapan dan optimasi iklan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, setelah menganalisis data, kita dapat menerapkan strategi yang sesuai. Misalnya kita mendapat data bahwa CAC (Customer Acquisition Cost) dari produk tertentu adalah 10%. Lewat performa iklan yang kurang lebih ekuivalen, kita bisa memproyeksi pemasukkan yang akan didapat bila kita mengubah anggarannya.

Kontributor: Hadiyanti Ainun Atika, YP MBA 2021