Penggunaan media sosial sudah jadi aktivitas wajib harian masyarakat saat ini. Media sosial secara fundamental mempengaruhi seberapa baik kita dapat berinteraksi, membangun koneksi, memperoleh dan menyebarkan informasi, dan membuat keputusan terbaik.

Menurut Apriandito Arya (Dito), Direktur SocialX dan analis media sosial, meluasnya penggunaan media sosial pada akhirnya dapat digunakan untuk mendefinisikan suatu perilaku dan pola. Perilaku dan pola itu didapat dengan membaca big data. “Ketika pengguna membuat konten di media sosial, konten tersebut berisi informasi yang memberi tahu kami tentang minat dan aktivitas pengguna mereka,” jelas Dito pada “Integrated Career Preparation”, webinar yang diadakan SBM ITB pada Sabtu (10/9/2022). .

Konten yang dibuat pengguna (user generated content/ UGC) adalah modern word of mouth, yang menawarkan detail pribadi tentang seseorang. Informasi dapat diambil untuk menghasilkan wawasan yang berguna untuk tujuan tertentu.

“Misalnya kita mengamati postingan di media sosial dari individu-individu di Bandung tentang makanan Sunda yang mereka sukai, kemudian kita bisa membuat produk berdasarkan data tersebut,” kata Dito.

Dito menyatakan, dengan metodologi yang tepat, kita bahkan dapat memetakan informasi individu melalui lingkaran sosial. Kita dapat membuat profil seseorang berdasarkan koneksi mereka di media sosial, seperti teman, komunitas, dan topik percakapan mereka.

Selain itu, media sosial menawarkan pemahaman yang lebih mendalam tentang perilaku sosial. Media sosial dapat menyajikan pandangan yang komprehensif tentang aktivitas sosial yang terjadi di suatu wilayah, tidak peduli seberapa besar cakupannya.

Dito mencontohkan data di Foursquare yang menunjukkan intensitas aktivitas sosial di berbagai hotspot lokal dan aktivitas yang paling banyak dilakukan masyarakat di kawasan tersebut. Kita kemudian dapat mengevaluasi data ini untuk menentukan kapan aktivitas sosial mencapai puncaknya dan di mana kemungkinan besar akan menyebar.

Dito melanjutkan, big data memberikan wawasan mengenai pola-pola sosial yang sebelumnya tidak terlihat. Data-data tersebut sangat bermanfaat bagi perkembangan beberapa bidang seperti pemasaran, pariwisata, psikologi, politik, keuangan, dan pemerintahan. Misalnya, analisis musiman pembaruan posting Facebook mengungkapkan tren putus cinta di antara pasangan yang dapat dimanfaatkan pemasar untuk mempromosikan produk tertentu.

Sekarang semua orang bisa mendapatkan akses ke data ini. Alat analisis yang sudah terintegrasi dengan platform media sosial, menurut Dito, bisa digunakan sebagai alat pendataan.

Kontributor: Reza Agung Pratama, MBA YP 2022