“Melihat seseorang buka dompet untuk bayar sesuatu itu sekarang jarang sekali,” ujar Ardhi Pradhana, CFO NAMA beauty, merujuk kepada penggunaan masal e-money di era modern pada SBM ITB talks. Melalui 15 tahun pengalamannya di dunia finance dan tinggal di lebih dari 2 negara, Ardhi membagikan pendapatnya tentang fenomena uang digital sebagaimana hal tersebut saat ini sudah mendunia. Bukan hanya tentang yang paling umum seperti uang dalam bentuk kartu, melainkan juga konsep yang paling mutakhir seperti cryptocurrency turut dibahas dalam SBM ITB Talks ep. 71

Perubahan di berbagai industri
Perubahan yang paling terlihat terjadi dalam aspek transaksi bisnis, terutama terkait dengan hubungan perusahaan dan pemasok. Dari pada melihat uang fisik berpindah dari satu tempat ke tempat lain, saat ini orang hanya melihat perpindahan angka dari satu akun ke platform pembayaran pemasok. Teknologi canggih ini berujung pada biaya transaksi yang lebih murah, kegiatan bisnis yang mampu berlangsung selama 24/7, bahkan biaya yang lebih murah untuk transaksi lintas negara.


Apakah Aman ?
Di samping semua manfaat yang didapatkan dari implementasi uang digital, aspek keamanan meninggalkan tanda tanya besar kepada keseluruhan sistem. Menurut Ardhi, kepastian keamanan seharusnya bergantung kepada masing-masing perusahaan yang terlibat dalam sebuah transaksi. Berkaca dari pengalamannya, gangguan yang pernah terjadi sangatlah sedikit. Di samping itu, tantangan sebenarnya adalah bagaimana caranya pihak terkait dapat memastikan setiap transaksi uang digital merepresentasikan jumlah yang sama dengan pertukaran uang yang terjadi di dunia nyata, seperti halnya dalam bentuk kertas.


Indonesia vs Dunia
Dalam hal User interface dan User Experience (UI/UX), Ardhi mengatakan bahwa Indonesia telah satu langkah lebih maju dari berbagai negara. Dari pengalamannya tinggal di Amerika selama 2 tahun (2011 – 2013), beliau menemukan bahwa mayoritas orang di sana masih menggunakan cek dalam aktivitas bisnis ketika di waktu yang sama Indonesia telah menemukan sistem pembayaran oleh pemindai dari gawai. Namun, Singapura sepertinya menjadi pemimpin dalam hal ini karena Ardhi mendapatkan beberapa temannya yang tinggal di sana telah mampu melakukan hampir seluruh jenis pembayaran menggunakan gawai mereka. Lebih jauh lagi, beliau juga menyebutkan bahwa Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) memiliki potensi sebagai penemuan terbaru yang terpakai di seluruh dunia dengan adanya berita diterimanya QRIS di Thailand.


Central Bank Digital Currency (CBDC)
Menurut Ardhi, rencana CBDC dapat dianggap sebagai langkah bagus ketika hal tersebut telah siap untuk diimplementasikan karena penggunaan uang digital berarti efisiensi biaya dalam mencetak uang untuk sebuah negara, termasuk Indonesia. Namun, kembali lagi, aspek keamanan harus dipastikan terlebih dahulu agar teknologi ini tidak menuntun sebuah negara kepada masalah finansial yang serius, seperti resesi ekonomi, dan masih banyak lagi.

Student Announcer: Rheza Mahesa Raharjo (Bachelor of Management 2023)
Interviewee: Ardhi Pradhana, MBA (Chief Financial Officer NAMA Beauty, Bachelor of Management Alumni Class of 2007)