Setiap bisnis memiliki risiko mendasar yang dapat membahayakan umurnya. Dengan semakin banyak perubahan yang terjadi setiap detik di setiap aspek dunia, risiko tersebut datang dalam bentuk ketidakpastian. Jika tidak dikelola, ketidakpastian tersebut dapat berdampak pada pencapaian sasaran perusahaan. Untuk itu, perusahaan perlu manajemen risiko untuk mengubah ketidakpastian tersebut menjadi sesuatu yang lebih mudah dikelola, seperti yang dipaparkan oleh Arief Karnamiharja S.Si, MSM, BCCS, praktisi manajemen risiko dalam kuliah tamu di Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung pada Selasa, (04/ 10/2022).

Lebih lanjut Arief menjelaskan konsep tersebut menggunakan payung dan hujan  sebagai analogi. Menurutnya, bisnis memiliki dua risiko, yaitu risiko bawaan dan risiko residual. Risiko bawaan ada karena sifat bisnisnya, dan risiko residual adalah sisa risiko inheren yang masih ada meskipun telah melalui proses manajemen risiko.

“Pikirkan risiko sebagai hujan, dengan payung sebagai aktivitas pengendalian. Tanpa payung, Anda akan basah kuyup oleh hujan. Dengan payung, Anda mungkin hanya akan kecipratan. Dengan manajemen risiko, Anda dapat mengubah ancaman signifikan yang dapat mengakhiri bisnis Anda menjadi sesuatu yang dapat ditangani,” kata Arief.

Arief juga menyebutkan bahwa menangani risiko harus menjadi perilaku yang berkelanjutan di seluruh organisasi, bukan proses yang dijadwalkan secara teratur dengan pendekatan silo alias divisi terpisah saja. Manajemen risiko tidak boleh diperlakukan sebagai proses yang terpisah dari domain bisnis lainnya karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari operasional bisnis itu sendiri.

“Manajemen risiko merupakan salah satu pilar penting dari tata kelola perusahaan yang baik (GCG) yang mengaitkan strategi dengan peningkatan kinerja. Oleh karena itu, manajemen risiko harus diselaraskan dengan strategi perusahaan. Manajemen harus mewaspadai risiko dalam merumuskan strategi, sehingga perlu ada koordinasi yang kuat antara departemen risiko dengan departemen strategi,” tambah Arief.

Selain itu, mengelola fluktuasi melalui risk management yang terintegrasi juga dapat mengoptimalkan value creation perusahaan, bahkan membangun keunggulan kompetitif dalam jangka panjang. Maka, manajemen harus memiliki kepedulian untuk mengimplementasikan manajemen risiko secara utuh dan membangun budaya, proses, serta struktur manajemen risiko yang diarahkan untuk mencapai potensi perusahaan.

Kontributor: Janitra Nuraryani, Manajemen 2023