Penelitian dengan metode campuran mulai banyak digunakan oleh peneliti. Metode penelitian campuran atau mixed methods research adalah metode yang menggabungkan dan mengintegrasikan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam satu studi penelitian, melibatkan pengumpulan dan analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Metode tersebut dapat memahami suatu fenomena dengan lebih baik dan menjawab pertanyaan penelitian. Metode kuantitatif dibangun untuk menguji dan memvalidasi hipotesis, membuat generalisasi tentang fenomena dan menjawab berapa banyak, seberapa sering, hubungan sebab akibat, dan bentuk numerik. Sementara metode kualitatif memberikan informasi yang mendalam dan kaya, menggali fenomena baru, mendokumentasikan partisipan, dan menulis dalam bentuk tekstual.

Penerapan metode campuran tersebut disampaikan oleh dua dosen Universiti Malaysia Sabah (USM), Dr. Noor Fzlinda Fabeil dan Dr. Izyanti Awang Razli. Keduanya berksempatan mengisi seminar bertajuk “Multi-Method Social Science: Combining Qualitative and Quantitative Tools” yang diadakan oleh Magiset Science Management (MSM) Doctoral Science Management (DSM) Lounge Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung di Gedung SBM ITB, Selasa (31/1).

Acara ini khusus ditujukan untuk mahasiswa MSM dan DSM SBM ITB. Peserta seminar terlihat antusias. Mereka aktif bertanya dan berdiskusi dengan narasumber baik peserta yang hadir secara offline maupun online. Mahasiswa Universiti Malaysia Sabah juga turut mengikuti seminar secara daring. 

Menurut Dr. Noor dan Dr. Izyanti, untuk menggabungkan metodologi kuantitatif dan kualitatif, pertama-tama mahasiswa atau peneliti harus memahami alasan penggunaan mixed-methods. Pertama komplementaritas, yaitu mencari elaborasi, ilustrasi, peningkatan, dan klarifikasi hasil dari satu metode dengan temuan dari metode lain.
Kedua, untuk pengembangan, etika peneliti menggunakan hasil dari satu metode untuk membantu mengembangkan atau menginformasikan penggunaan yang lain. Ketiga, inisiasi, yaitu menemukan paradoks dan kontradiksi yang mengarah ke pertanyaan penelitian. Terakhir, ekspansi, yaitu berusaha memperluas keluasan dan jangkauan inkuiri dengan menggunakan metode yang berbeda untuk komponen yang berbeda.

Penelitian mixed-methods biasanya menggunakan paradigma pragmatisme. Pragmatisme adalah paradigma penelitian yang muncul di mana konsekuensi praktis dan efek dari konsep dan perilaku merupakan komponen penting dari makna dan kebenaran. Paradigma penelitian ini mendukung penggunaan metode penyelidikan kualitatif dan kuantitatif secara simultan untuk menghasilkan bukti guna mendukung praktik terbaik.

Sebagai penutup, Dr. Noor Fzlinda Fabeil dan Dr. Izyanti Awang Razli menjelaskan bahwa tidak ada metode penelitian yang lebih baik atau lebih mudah, baik itu penelitian kualitatif, kuantitatif, maupun mixed-methods, selama teknik tersebut menjawab pertanyaan penelitian kita dengan baik.

Kontributor: Defrina Dwifani, MSM 2022