Nama SBM ITB kembali diharumkan oleh pencapaian civitasnya. Kali ini, kabar baik datang dari dosen MBA ITB, Prof. Dr. Ir. Muhammad Hamsal, MSE., MQM., MBA, CISCP, yang telah resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang ilmu Manajemen Stratejik. Menariknya, saat diwawancarai oleh tim Marketing and Communications SBM ITB pada Jumat, 17/2/2023, Prof. Hamsal mengaku tidak merasakan perubahan yang berarti dari sebelum dan sesudah diangkat menjadi guru besar.

“Menjadi professor itu bukan akhir, tapi awal dari suatu perjalanan. Saya tidak merasa bahwa yang namanya gelar itu hal yang harus didamba-dambakan, melainkan sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan dengan kontribusi terhadap organisasi, bangsa dan juga negara,” tuturnya.

Semangat Belajar untuk Terus Berbagi

Mengingat perjalanan karirnya yang panjang sebagai dosen, tentunya Prof. Hamsal telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam bidang pendidikan, baik melalui pengajaran maupun riset. Namun, kontribusinya ini didasarkan pada prinsip hidupnya untuk berbagi dan bermanfaat bagi orang lain.

“Saya senang berbagi terutama berbagi ilmu. Passion itu terbawa hingga sekarang. Tapi, kalau kita ingin berbagi, artinya kita harus terus menambah wawasan. Untuk, itu kita harus banyak belajar, menggali pengetahuan baru,” kata Prof. Hamsal.

Komitmennya untuk terus belajar dibuktikan dengan melanjutkan pendidikan ke RMIT University, Australia, untuk mempelajari dua bidang sekaligus, yaitu Quality Management dan System Engineering. Namun, tidak hanya berhenti disitu, Prof. Hamsal kemudian memutuskan untuk kembali menempuh pendidikan magister untuk ketiga kalinya dengan jurusan Master of Business Administration (MBA) di Victoria University, Australia setelah lulus dari RMIT University. Sehingga, pada tahun 2000, Prof. Hamsal pun kembali ke Indonesia dengan tiga gelar magister.

Sepulangnya dari Australia, Prof. Hamsal kembali pada pekerjaannya di Bank Niaga. Disinilah transisinya ke dunia akademisi dimulai. Seraya menjalankan posisinya sebagai VP/Division Head, Prof. Hamsal juga menempuh pendidikan doktoral di Universitas Indonesia, yang akhirnya membawanya bergabung dengan SBM ITB sebagai dosen pada tahun 2007.

Akademisi yang Dilatarbelakangi Pengalaman sebagai Praktisi

Prof. Hamsal mengaku bahwa transisinya ke dunia akademisi juga didorong oleh semangatnya untuk berbagi pengetahuan. “Saya ingin bisa lebih banyak berbagi terhadap orang lain,” ujarnya. 

“Memang, berbagi itu bisa dilakukan di industri, seperti pengalaman saya yang sering diundang sebagai trainer dan fasilitator di industri maupun pemerintahan. Namun, sebagai akademisi, berbagi wawasan melalui kuliah, membuat orang lain jadi lebih maju dan berpengetahuan, itu menjadi kepuasan tersendiri bagi saya.”

Berkat kiprahnya yang mengesankan sebagai seorang praktisi, Prof. Hamsal memiliki pengalaman industri yang menjadi nilai tambah dalam metode pengajarannya. Prof. Hamsal dapat menyeimbangkan aspek practicality dari industri dengan konsep-konsep dan teori-teori yang mendasari praktek di lapangan.

“Pengalaman saya gunakan untuk memberikan contoh kasus, do’s and dont’s, apa yang saya alami, kelebihan, kekurangan, kegagalan, bahkan pengetahuan yang tidak ada di textbook. Ini membuat kelas jadi hidup dan dynamic,” Prof. Hamsal menjelaskan. 

Hal ini juga sesuai dengan karakter manajemen bisnis sebagai applied science, sehingga lebih banyak diperlukan pendekatan yang bersifat practical daripada teoritis. Hal ini berorientasi pada praktik dunia nyata, terutama terkait pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang merupakan aspek penting.

“Itulah yang membuat SBM agak beda warnanya, karena banyak aspek praktek bisnis seperti case study, diskusi, dan presentasi,” lanjut Prof. Hamsal.

“Mahasiswa, Jangan Mager!”

Sebagai penutup, Prof. Hamsal menitipkan pesan kepada mahasiswanya untuk terus menyesuaikan diri dengan perubahan. Menurut Prof. Hamsal, kedepannya perubahan akan menjadi semakin cepat, apalagi ditambah dengan disrupsi dari pandemi COVID-19.

“Sekarang itu bukan lagi zamannya kita mager–hanya menunggu dan pasif. Kita harus lebih dinamis, agile, terus belajar dan banyak memahami apa yg terjadi di luar untuk beradaptasi dengan perubahan. Jika kita tidak menyuasaikan diri, siap-siap kita ‘dimakan’ oleh perubahan itu. Jangan hanya menjadi penonton, take a part,” tutup Prof. Hamsal.

Kontributor: Janitra Nuraryani, Manajemen 2023