Tata cara berbusana dan beretika sangat diperhatikan dalam dunia profesional. Mulai dari cara kita berkomunikasi, menggunakan pakaian, bahkan berdiri pun memberikan kesan karakter diri kita seperti apa.

Hal itu ditegaskan oleh Maylaffayza Wiguna, S.Sn., M.Sn, Asisten Kepala Seni Pertunjukkan dan Komunikasi London School Public Relation (LSRP) saat mengisi kuliah tamu Komunikasi dan Negosiasi untuk mahasiswa SBM ITB pada 20 Juli 2023. Kuliah ini mempelajari perawatan profesional, etiket bisnis dan personal branding.

Pada dasarnya etika bisnis adalah seperangkat aturan yang mengatur cara orang berinteraksi dengan satu dan lainya dalam dunia bisnis, baik itu dengan pelanggan, pemasok, atau dengan menggunakan bagian dalam dan luar tubuh. Intinya, etika bisnis mempelajari bagaimana menyampaikan citra yang benar dan berperilaku dalam suatu cara yang tepat.

Cara kita beretika dapat terimplementasi ketika berkomunikasi dalam dunia bisnis melalui berbagai media seperti dalam telepon, email, sosial media, Whatsapp, juga rapat secara daring. Selain itu, penampilan diri merupakan salah satu faktor yang memberikan aura pada diri beserta kesan kepada apa yang orang lihat.

Menurut Maylaffayza, penampilan menunjukkan tiga aspek diri yakni kepribadian, profesionalisme, dan kredibilitas. Cara seseorang berpakaian formal dan memberikan aura tenang menunjukkan citra dan harga diri dari orang tersebut.

Selain itu, tentunya kita harus membangun citra diri yang positif agar bisa membangun kesan dapat dipercaya dan lainnya. Maka cukup esensial untuk bisa merawat diri baik itu dari pakaian, sikap, gerak tubuh dan perilaku.

Dalam dunia perkantoran sendiri, terdapat 5 tipe busana yang digunakan dalam sehari-hari yaitu formal bisnis, yang dipakai untuk acara resmi dan formal. Biasanya menggunakan jas, dasi dan blazer juga heels bagi perempuan. Kedua tipe bisnis, pakaian cukup formal untuk kegiatan atau perusahaan yang lebih konservatif. Pakaian yang pas dan disesuaikan, seperti rok, gaun, dan lain sebagainya. Ketiga, business casual, sering dipakai dalam perkantoran secara sehari-hari, masih menggunakan kemeja atau celana bahan namun warna atau penyesuaian style-nya masih santai. Keempat, smart casual, menggunakan outer jaket atau lainnya namun bukan berupa jas atau blazer, celana juga cukup bebas bahannya namun bukan jeans. Sepatu berupa sneakers. Kelima casual, pakaian informal, bebas dan bisa dipakai hingga luar kantor. Cara berbusana bebas bisa pakai jeans, kaos, bahkan sendal.

Selain pakaian, bahasa tubuh juga menjadi faktor krusial yang harus diperhatikan. Seperti ekspresi, kontak mata, gestur, dan postur badan. Tujuan akhir dari semua usaha penampilan diri sampai cara berperilaku adalah untuk personal branding. Di mana personal branding adalah proses menciptakan identitas profesional yang berbeda dan positif bagi seorang individu.

Hal ini melibatkan menampilkan keterampilan, nilai, dan kepribadian seseorang untuk menonjol dan membuat kesan positif pada orang lain. Pada dasarnya untuk membedakan diri dan menciptakan peluang dalam karir atau bidang minat.

Maylaffayza Wiguna, S.Sn., M.Sn., Asisten Kepala Seni Pertunjukkan dan Komunikasi London School of Public Relations (LSRP), saat mengisi kuliah tamu Komunikasi dan Negosiasi untuk mahasiswa SBM ITB
Kontributor: Luthfaliya Zahira, Manajemen 2025