Topik perubahan iklim bermula pada tahun 1985. Beredar kabar ditemukannya lubang lapisan ozon di Antartika yang membuat gempar seluruh dunia.

Pada tahun 1990 Perserikatan Bangsa Bangsa kemudian membentuk perjanjian untuk menangani perubahan iklim. Komitmen tersebut berlanjut sampai saat ini dengan adanya Perjanjian Paris yang mencakup topik mitigasi, adaptasi, dan keuangan perubahan iklim.

Sejalan dengan upaya seluruh dunia untuk mengatasi perubahan iklim, SBM ITB bekerjasama dengan Keluarga Mahasiswa Manajemen (KMM) menggelar kuliah tamu bertemakan “Tenggelamnya Kota Kita: Meningkatkan Kesadaran dan Mempersiapkan Bakat Masa Depan” dalam mata kuliah Pengembangan Organisasi dan Pembelajaran Organisasi di Auditorium Gedung SBM ITB, Bandung, pada Rabu (20/9). Kuliah tamu tersebut diisi oleh Eko Nugroho, CEO Kummara, konsultan dan desain permainan di Indonesia dan Dr. rer. pol. Achmad Fajar Hendarman., S.T., M.S.M. pengampu mata kuliah sekaligus Kepala Program Studi Manajemen SBM ITB.

Kuliah dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama, Eko menjelaskan perspektif lebih jauh dari permainan dan kaitannya dengan proses pembelajaran. Eko mengatakan bahwa sejak kecil, manusia sudah mulai belajar karena didorong oleh tiga hal: keingintahuan, kreativitas, dan keberanian. Seiring bertambah dewasa, dorongan tersebut perlahan menghilang bahkan menghambat proses pembelajaran.

Dilansir dari laman Forum Ekonomi Dunia, kategori bakat dibagi menjadi 3, jika digabungkan akan membentuk kompetensi keterampilan yang siap untuk masa depan: Kemampuan dan Keterampilan, Sikap dan Nilai, serta Pengetahuan dan Informasi. Kategori bakat Kemampuan dan Keterampilan juga Sikap dan Nilai dapat dicapai menggunakan pembelajaran berbasis permainan.

Pada sesi kedua, 15 mahasiswa menjadi partisipan aktif dalam sebuah permainan yang dibagi menjadi 4 peran: divisi keuangan, analis data, dewan direksi, dan divisi operasional. Dimoderatori langsung oleh Eko, seluruh partisipan aktif merupakan bagian dari 1 perusahan jasa pengiriman.

Permainannya cukup mudah, seluruh peran harus bisa bekerjasama mengantarkan paket sesuai instruksi yang dibagikan dalam 5 ronde berbeda. Eko menutup sesi dengan pemaparan bahwa kunci dari penerapan manajemen keberlanjutan melibatkan komunikasi yang baik dan mampu meyakinkan lingkungan sekitar sehingga tercapai tujuan keberlanjutan atas usaha bersama. Selain itu, keberlanjutan bukan lagi melibatkan biaya tambahan, namun justru mengurangi biaya dan meningkatkan profit.

Kontributor: Aliva Rachma Delia, MBA YP 67