Waralaba merupakan model bisnis yang cukup populer di Indonesia. Mengusung kerja sama dalam bidang usaha dengan bagi hasil sesuai dengan kesepakatan, waralaba dianggap menjadi sektor usaha yang dapat mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah.

Ada dua jenis pengelolaan waralaba, yaitu waralaba murni dan waralaba syariah. Waralaba murni mengharuskan penerima waralaba terlibat aktif di outletnya sendiri seperti menjadi manajer outlet. Sementara waralaba syariah atau autopilot, penerima waralaba cukup terlibat pasif. Di setiap akhir periode, penerima waralaba syariah cukup menerima laporan yang dioperasikan oleh pemegang waralaba.

“Saran saya, bagi teman-teman yang terampil di bidang operasional cocok untuk jenis waralaba syariah, karena harus menangani outlet dalam jumlah banyak. Sementara jenis waralaba murni cocok untuk orang yang terampil di pemasaran, karena sebagai manajer dituntut untuk mengembangkan outletnya,” ujar Nilamsari, Direktur Pengembangan Bisnis PT Sari Kreasi Boga Tbk (SKB Food).

SKB Food merupakan salah satu waralaba besar di bidang kuliner yang kini sedang berkembang. Nilamsari berkesempatan berbagi pengalaman dan pengetahuan bisnis waralaba saat mengisi kuliah tamu Pengantar Bisnis di SBM ITB pada Jumat (29/9), yang diampu oleh Prawira Fajarindra Belgiawan, S.T, M.Eng., Ph.D.

Dalam kuliah tamu tersebut Nilamsari mengenalkan PT Sari Kreasi Boga Tbk (SKB Food) sebagai pemain utama bisnis waralaba serta seluk-beluk model bisnis tersebut. Mulai dari strategi pengembangan waralaba hingga regulasi terkait waralaba.

Mahsiswa antusiasi mengikuti kuliah tamu. Tujuh mahasiswa SBM ITB angkatan 2026 bertanya tentang strategi PT Sari Kreasi Boga Tbk untuk membuka outlet di luar negeri, fokus strategi untuk mengalahkan kompetitor dengan produk yang sama, hingga alasan pembiayaan yang dipilih lewat bursa. Di akhir sesi, Nilamsari berpesan kepada mahasiswa yang ingin berpraktik membuka usaha.

“Jangan menjual produk. Juallah ide. Fokus untuk mendapatkan uang yang layak, dan bukalah nilai potensial,” kata Nilam.

Kontributor: Aliva Rachma Delia, MBA YP 67