Media sosial tidak lagi sekadar platform untuk berbagi foto atau mengikuti teman, media sosial telah menjadi kekuatan besar yang mempengaruhi cara perusahaan berinteraksi dengan pelanggan, memasarkan produk, dan membangun merek. Kehadiran bisnis di berbagai platform media sosial bukan lagi pilihan, melainkan suatu keharusan.

Farsya Fadhillah, seorang spesialis pemasaran produk di PT Telkom dan spesialis di bidang Key Opinion Leader, memaparkan topik mengenai bagaimana cara mempercepat pertumbuhan media sosial secara organik dalam Upskill Series 5 di Bandung (7/10). Menurut Farsya, banyak media platform media sosial seperti Instagram, Tik-Tok, Twitter dan lainnya kini menjadi tempat untuk berjualan. Fiturnya memungkingkan para pelaku bisnis untuk berinteraksi dengan pelanggan, membuat konten atau iklan produknya.

Media sosial yang dijadikan tempat berbisnis menciptakan lingkungan socio-commerce. Masing-masing platform memiliki ciri khas dan fitur uniknya, di samping fiturnya, ia juga memiliki ciri khas penggunanya.

Misal Tiktok cocok untuk membuat konten buatan pengguna dan program afiliasi/KOL. Konten yang direkomendasikan dapat berupa foto estetis, video berdurasi maksimal 3 menit, live streaming, storytelling, edukasi, dan kisah inspiratif. Sedangkan YouTube cocok untuk mengedukasi dan membangun engagement dengan penonton. Konten yang direkomendasikan berupa tutorial, di balik layar, video/cerita pendek.

Di lain sisi Linkedin cocok untuk branding perusahaan dan merek B2B. Konten yang dapat dibuat bisa dalam foto, video, postingan teks dengan konten yang berwawasan luas dan mendidik. Terakhir, Instagram sangat cocok untuk membangun merek, berinteraksi dengan audiens dan menciptakan komunitas. Konten yang ideal berupa materi yang menarik secara estetika, format foto, video (Reels & Snapgram).

Dengan banyaknya variasi platform media sosial, masyarakat tentunya menggunakan beberapa media ini dengan alasan ingin berkomunikasi dengan orang lain, mengisi waktu luang, dan melihat apa yang sedang dibicarakan atau trending. Berdasarkan riset, masyarakat Indonesia yang menggunakan media sosial berumur 18 – 34 tahun dan platform sosial media yang paling banyak digunakan adalah Youtube.

Menurut Farsya, langkah awal sebelum melakukan perencanaan kampanye media sosial, adalah dengan memahami audiens dan kompetitor kita. Hal ini bisa dilakukan dengan survei, wawancara, mengecek ulasan daring serta observasi audiens dan kompetitor.

Jika sudah mengenal lingkup sosial media, hal yang bisa dilakukan selanjutnya adalah membangun lima kunci tahapan pemasaran. Pertama, bangun kesadaran pengguna misal dengan ads di berbagai channel. Kedua, fase munculnya minat para pengguna dimana mereka mencari informasi lebih lanjut perihal produk. Ketiga, fase adanya niat atau keinginan. Keempat, pengguna melakukan tindakan atau aksi seperti membeli produk. Terakhir, buat pengguna mengingat dan hal ini bisa dilakukan dengan pemberian token diskon, hadiah, atau tawaran menjadi anggota.

Sebagai pemasar digital, menurut Farsya, kita harus bisa membangun kelima tahapan tersebut dan direalisasikan dengan target KPI. Target penting untuk memastikan kita bergerak ke arah yang benar dan dengan melacak kinerja, kita dapat membuat keputusan berdasarkan data untuk meraih kesuksesan.

Ada lima elemen yang harus diperhatikan untuk menentukan KPI. Pertama, pengukuran. Setiap KPI pasti punya ukuran. KPI yang terbaik mempunyai ukuran yang lebih spesifik dan ekspresif. Kedua, KPI harus memiliki target yang sesuai dengan ukuran dan jangka waktu tujuan. Ketiga, KPI juga perlu memiliki sumber data yang jelas untuk pengukuran. Keempat, frekuensi pelaporan juga menjadi elemen penting, semua tindakan memiliki kebutuhan yang berbeda, namun direkomendasikan untuk pelaporan setiap bulan. Kelima, menentukan menjelaskan siapa yang bertanggung jawab untuk melaporkan progress. Setelah penentuan KPI kita harus konstan memonitor dan menganalisa sehingga bisa membuat keputusan berdasarkan data yang ada.

Adapun alat utama dalam pemasaran digital yaitu konten. Konten terdiri dari dua tipe yaitu berbayar dan organik. Konten organik adalah buatan dari para pengguna. Konten sendiri memiliki 3 pilar yaitu edukasi, hiburan, promosi, dan inspirasi. Sebagai pengguna atau pemasar kita tentukan tipe konten kita seperti apa, bisa saja menggabungkan dua pilar dalam satu postingan misalnya konten pendidikan dengan promosi soft selling.

“Salah satu rumus penting dalam pengembangan sosial media organik adalah dengan mengajak audiens kita atau UGC (user generated content),” kata Farsya. “Caranya dengan membuat tren tantangan. Ajak untuk stitch video, dan beri gimmick yang bikin heran.”

Farsya menjelaskan juga bahwa kita perlu memanfaatkan teknik copywriting dengan tiga gaya yakni teks yang memancing atau membuat penasaran, cerita positif, dan buat drama atau cerita negatif. Hal terakhir yang perlu dilakukan adalah evaluasi dan peluang untuk perbaikan seperti bagaimana pelanggan memandang merek kita sejauh ini. Tahapannya bisa dengan mengumpulkan dan pantau umpan balik dari berbagai sumber: media sosial, ulasan online, survei, email, dan layanan pelanggan. Tentukan apakah umpan balik tersebut positif, netral, atau negatif. Lalu, Identifikasi adakah kata yang disebutkan berkali-kali dan analisa hasilnya.

Kontributor: Luthfaliya Zahira, Manajemen 2025