Penerapan pemikiran yang kompleks sudah banyak diterapkan di berbagai sektor. Salah satu yang menggunakan pendekatan tersebut adalah Bank Dunia, lembaga internasional yang berperan penting dalam kestabilan keuangan dunia. Mereka memerlukan pendekatan yang logis dan kontekstual dalam menyikapi kebijakan dan permasalahan global yang terjadi secara dinamis.

Bank Dunia  merupakan organisasi internasional yang melakukan kerjasama regional dan multilateral dengan perjanjian mengikat. Utamanya dalam hal pembiayaan pembangunan dan memerangi pelanggaran hak asasi manusia. Di sisi lain, forum internasional seperti APEC, G7, dan G20, lebih cenderung melakukan perjanjian yang tidak mengikat dan mempunyai jangkauan operasional yang sangat luas. 

Kini, kata Wempi Saputra,  Executive Director of the Southeast Asia Voting Group at the World Bank Group, dinamika global sedang berisiko. Konflik Rusia dan Ukraina serta konflik di Palestina, akan menciptakan inflasi yang berdampak pada pengetatan kebijakan moneter. Pasar pangan dan energi juga turut terganggu. 

“Di Amerika dan Indonesia, pangan tidak menjadi masalah. Tetapi di Afrika, pangan dan energi adalah  masalah utama. Ini sangat berisiko di negara-negara berpendapatan rendah,” jelas Dr. Wempi saat mengisi kuliah tamu Berpikir Kritis, Logika, dan Kompleksitas di Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung (9/11). 

Dalam situasi seperti ini, kata Wempi, Bank Dunia perlu mengakhiri kemiskinan ekstrem dan meningkatkan kesejahteraan bersama, sekaligus mengatasi tantangan global. Hal ini dapat dilakukan dengan mengejar pertumbuhan yang didorong oleh perdagangan dan investasi untuk mengatasi tantangan global.

Secara kontekstual, Indonesia adalah bagian dari negara-negara berkembang yang berhak menerima dukungan Bank Dunia. Bank Dunia berupaya mengoptimalkan dampak pembangunan pada operasionalnya dalam memobilisasi sumber daya di Indonesia

“Indonesia sangat menjanjikan,” ujarnya. Saat ini, Bank Dunia menginvestasikan 50% bantuan keuangannya pada proyek penanaman pohon bakau yang terletak di salah satu pulau di Indonesia,” kata Wempi. “Tidak hanya sekedar penanaman bakau, tetapi juga membantu Usaha Kecil Menengah di wilayah tersebut untuk mendapatkan manfaat ekonomi sekaligus meningkatkan kesadaran lingkungan.”

Menurut Wempi, pembiayaan pembangunan selama ini terkendala oleh ketegangan geopolitik dan fragmentasi geoekonomi yang menyebabkan perubahan harga yang besar. Oleh karena itu, kemitraan merupakan hal yang penting dalam pembangunan. Selain itu, menumbuhkan kepercayaan global dan memastikan multilateralisme terpelihara dengan baik merupakan poin penting untuk mengatasi masalah ini. Ia menjelaskan bahwa secara global, lembaga-lembaga internasional membutuhkan generasi muda dari seluruh dunia untuk berkontribusi terhadap isu-isu global dan secara kreatif merangkul gagasan keberlanjutan untuk generasi berikutnya. Ia mendorong adanya rasa kepemilikan terhadap negara, penyelarasan kebijakan, dan partisipasi sektor swasta untuk menopang pertumbuhan ekonomi dan mengakhiri kemiskinan ekstrem serta meningkatkan kesejahteraan bersama. 

Kontributor: Agustin Anandia Kartika, Manajemen 2024