Bisnis yang sukses selalu melalui perjuangan dan keberanian untuk mengambil berbagai peluang. Salah satu contohnya adalah RANS Entertainment, bisnis milik selebritis  Raffi Ahmad, Raffi bersekempatan membagikan pengalamannya membangun bisnis saat mengisi sharing session berjudul “Fridaypreneurship: Trends & Insights in Managing Investments in the Entertainment Industry” di Laboratorium Teknik XIX SBM ITB (24/11). Acara ini dibuka oleh Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Subiakto Sukarno.

Sharing session dimulai dengan cerita Raffi yang berawal pada tahun 2000, ketika ia dimulai dari bawah. 

“Banyak orang melihat sekarang seolah-olah saya enak sekali, padahal perjuangannya dulu mulai dari bawah dengan honor yang sedikit,” ucap Raffi. “Memang kita harus bisa melihat dan menikmati setiap proses yang dijalani.”

Raffi mengawali karirnya melalui sebagai aktor sejak dari SMP. Ia pelan-pelan menabung hingga ia dapat memulai karirnya secara serius. 

Sekitar tahun 2016, ia merasa bahwa karirnya sebagai aktor sudah membawa dia ke posisi yang aman. Namun, muncul sebuah potensi bisnis baru melalui digital entertainment. 

Ia dan istrinya lalu mulai merintis ke arah sana, hingga akhirnya inisiasi tersebut dapat berkembang menjadi RANS Entertainment. RANS adalah sebuah bisnis digital yang digarap mulai dari garasi rumah dengan empat karyawan. Sekarang sudah bergerak dalam berbagai platform dan berperan sangat besar terhadap industri media dan hiburan Indonesia.

“Ternyata, manusia itu ketika sudah nyaman, pilihannya tinggal dua: jatuh ke bawah dengan sendirinya hingga sakit dan susah untuk naik ke atas lagi karena tidak siap, atau pelan-pelan turun ke bawah untuk cari sesatu supaya dapat naik lagi,” ujar Raffi. 

Raffi menekankan pentingnya kolaborasi sebagai cara untuk menciptakan nilai yang bermanfaat dan mampu diingat banyak orang. Selain itu, ilmu hidup dan adab juga sangat penting bagi seseorang, karena tidak ada pebisnis yang hebat sendiri. Orang yang hebat bagi Raffi juga pasti ditolong dan didoakan oleh banyak orang, sehingga sangat dibutuhkan kolaborasi antara sesama insan. Baginya, tidak ada seorang superman, hanya sebuah super team.

Menurut Raffi, penting bagi pebisnis untuk mempunyai sebuah idealisme, tetapi tetap harus realistis dan menyadari kondisinya sekarang. Pebisnis pilihannya hanya dua, yakni mengikuti peluang atau menciptakan peluang. Jika belum mampu menciptakan peluang, maka tidak ada salahnya dalam mengikuti peluang yang sudah ada.

“Dulu aku banyak perpindahan, mulai dari main di film, lalu main di sinetron, lalu menjadi MC. Banyak teman-temanku yang bertanya kenapa aku memilih untuk berubah karir, padahal aku sudah jadi bintang di perfilman,” ujar Raffi. “Mimpiku bukan menjadi bintang, melainkan langit yang suatu hari akan ditempel bintang-bintang lain di sana.”

Raffi berpegang teguh akan prinsipnya bahwa kerja kerasnya dan membuahkan hasil.

Mengenai dunia hiburan dan bisnis secara umum, Raffi menekankan pentingnya tidak berdiam diri dalam kondisi nyaman. Ketika ia dulu masih menjadi aktor, tantangan-tantangan yang ia alami mendorongnya untuk juga coba memasuki dunia content creator. Namun, menjadi content creator dan membuat konten viral saja tidak cukup.

“Oleh karena itu, saya beralih menjadi business creator,” ucap Raffi. “Semua aspek bisnis saya ulik dan harus suka. Harus turun ke bawah lagi, belajar tentang ilmunya, memahami COGS-nya, cara profitnya, itulah hal-hal terpenting.”

Tentunya, bisnis Raffi pun tidak langsung jadi. Bagi ia dan banyak teman-temannya, hanya dua atau satu saja bisnis yang berhasil dari puluhan bisnis yang mereka jalankan. Selain itu, banyak juga bisnis di luar sana yang sukses selama satu tahun, tetapi langsung tutup. Itulah pentingnya mencari momen dan peluang baginya. Apapun bisnisnya, seseorang harus mempunyai imajinasi untuk menjadi seorang business creator.

Terakhir, kata dia, everybody needs to start somewhere. Yang penting di sini adalah infrastruktur dari bisnis itu sendiri. Branding dapat diubah, tetapi fondasi dari bisnis tersebut dapat terus digunakan.

“Nyawa dari sebuah bisnis ada pada kita sendiri. Jarang ada bisnis yang mampu meledak tanpa disentuh oleh kepalanya,” ujar Raffi. 

Mahasiswa SBM ITB antusias menyimak pengalaman Raffi. Mereka banyak bertanya tentang tantangan, permasalahan bisnis, risiko, termasuk peluang bisnis-bisnis baru saat ini dan kedepan dengan target pelanggan Gen Z.

Kontributor: Abdurrafi Prayata Abidin, Manajemen 2024