Terinspirasi oleh Grameen Bank di India dan melihat potensi besar dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia, Andi Taufan Garuda Putra, alumni SBM ITB 2004, mendirikan Amartha. Taufan mengumpulkan modal dari keluarga dan teman-temannya untuk mendirikan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang fokus membantu perempuan membangun bisnis mereka.

“[Dulu] saya sendiri keliling desa,” kenang Taufan dalam operasi awal Amartha, saat mengisi kuliah tamu Ekonomi Digital dan Fintech di Bandung (18/11). 

Amartha memilih UMKM karena pertumbuhannya yang eksponensial. Sebuah warung makan di pasar tradisional, misalnya, dapat memutar uang pinjaman menjadi 500% dari nilai awalnya. Pertumbuhan ini sangat jarang terjadi di perusahaan yang lebih besar.

Saat menjadi LKM, Amartha menghadapi masalah akses dana setelah mencapai 10.000 peminjam. Bank meminta agunan untuk menyediakan pendanaan yang lebih besar, padahal para pemilik usaha ultramikro dan mikro tidak memiliki agunan yang memadai. 

Pada tahun 2015, dengan investasi dari Beenext, Amartha bertransformasi menjadi platform Peer-to-Peer (P2P) lending. P2P Lending memungkinkan para pengusaha mendapatkan dana tanpa menyediakan agunan.

Keunggulan Amartha di antara perusahaan pembiayaan mikro lainnya adalah customer profiling yang ketat. Customer profiling dilakukan di antaranya dengan sistem referral. Sistem ini memastikan karakter calon peminjam dijamin oleh pihak ketiga. 

Selain itu, Amarta juga memiliki model bisnis berbasis komunitas. Sistem “tanggung renteng” dibentuk untuk mendukung kapasitas pembayaran cicilan bagi UMKM yang ada di fase bisnis rendah.

Untuk menghadapi persaingan, Amartha menggunakan strategi “high-quality customer retention”, yaitu memanfaatkan teknologi untuk menciptakan ekosistem keuangan mulai dari layanan peminjaman hingga pembayaran bagi para peminjam. 

“Kami juga menawarkan skema repayment yang fleksibel untuk menyesuaikan dengan siklus bisnis UMKM,” tambah Taufan.

Kini PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) telah menginspirasi banyak orang, menjadi pionir fintech yang banyak mendanai pengusaha wanita Indonesia. 

Kontributor: Muhammad Lauda, MBA YP 69