Kontribusi bukanlah soal pencapaian pribadi yang dilihat dari sebuah penghargaan semata. Kontribusi adalah juga soal dampak untuk masyarakat.  Itulah yang dialami oleh Kementerian BUMN kala membuat pemetaan jalan strategis institusi, namun langsung mendapatkan tantangan berat berupa pandemi covid-19 di tahun 2020. Menurut Sekretaris Kementerian BUMN, Rabin Indrajad Hattari, pilihan yang diambil kementerian kala itu adalah mengeksekusi perencanaan yang telah dilalui di bulan Februari 2020. Tujuannya agar sesuai dengan visi misi menjadi institusi terbaik di dunia, atau mempersiapkan diri menghadapi ketidakpastian serta berkontribusi untuk meredam kepanikan yang terjadi dalam masyarakat.

Rabin menjadi salah satu pembicara dalam kuliah umum bertajuk “The Art of Leadership: Empowering People for Delivery Result”, yang digelar di perhelatan “Leadership Night 2023” di Four Seasons Hotel, Jakarta (23/11). Ini adalah agenda tahunan Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung yang telah diadakan semenjak 2013. 

Acara dibuka oleh Dekan SBM ITB, Prof. Dr. Ir. Ignatius Pulung Nurprasetio, M.SME. Selain Rabin, sejumlah pembicara turut mengisi kuliah umum tersebut. Mereka adalah Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT ASDP Indonesia Ferry, Harry Muhammad Adhi Caksono, MBA; Direktur Bisnis Digital Telkom Indonesia, Muhamad Fajrin Rasyid, MBA; dan Direktur Pemasaran & Pengembangan Usaha PT Rekadaya Elektrika, Vernon Sapalatua, MBA. Sementara acara dimoderasi oleh Co-Founder & CEO Beecomms Indonesia, Rike Elviera Amru.

Dari refleksi pengalaman selama pandemic di bawah kepemimpinan Menteri BUMN Erick Thohir,

Rabin menunjukkan bagaimana sosok seorang pemimpin. Pertama, pemimpin harus memiliki ketegasan dalam menentukan pilihan. Dalam masa-masa kritis, waktu merupakan hal yang kritis. Oleh karena itu pemimpin harus memiliki keberanian. 

Kedua, pemimpin harus bersikap hati-hati lewat kalkulasi risiko. Ketiga, turut berempati pada kondisi orang lain. Posisi seorang pemimpin yang berada dalam pucuk pimpinan terkadang menghadirkan tembok tembok pembatas terhadap orang lain. Dengan empati, kita dituntut meluruhkan tembok dan tidak berjarak dengan orang lain. 

Keempat, kita juga dituntut memiliki kompetensi. Terakhir, pemimpin harus memiliki kemampuan komunikasi yang efektif. Dengan berkomunikasi efektif, kita dapat membuat pesan tersampaikan sepenuhnya. 

Sementara Harry menyinggung mengenai ego sektoral yang berada dalam Kementerian BUMN. Dia menyebutkan bahwa selain mengusahakan yang terbaik dalam perusahaan, kita pun pada dasarnya perlu membuka diri untuk membina hubungan baik dengan banyak pihak.

“Bagian dari kepentingan nasional itu tidak bisa sendiri, kita harus bersinergi dengan pihak lain dan mengerjakannya secara bersama sama. Tujuan kehadiran kita (BUMN) adalah pada unsur tugas masing-masing maupun kerjaan bersama di mana manfaatnya diharapkan hadir bagi semua dan juga negara pada umumnya,” tutur Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT ASDP Indonesia Ferry itu, yang juga alumni MBA ITB 2019.

Sementara Fajrin, yang juga merupakan alumni MBA ITB 2023 mengemukakan fenomena dinamika generasi karyawan yang dihadapi di berbagai perusahaan. Menurut pengamatannya, generasi karyawan muda memang memiliki kecenderungan mudah jenuh. Kejenuhan ini tidak terlepas dari peran media sosial yang menampilkan dunia maya seolah lebih baik jika dibandingkan dengan dirinya. Padahal terdapat banyak kemungkinan bahwa secara realita yang dialami oleh pihak lain pun tidak jauh berbeda dengan dirinya.

“Karakteristik generasi muda terlihat sudah merasa tertekan dengan keadaan dalam dunia maya. Oleh karena itu, kita sebagai pemimpin berusaha untuk menyesuaikan dengan ciri tersebut, dengan membatasi manajerial memberikan tujuan dan mendukung rasa kepemilikan dalam perusahaan,” ujar Fajrin. “Kita membatasi tipikal manajerial yang micromanage dan memberikan kebebasan untuk mereka dalam berkreasi. Walaupun diberikan kebebasan, kita akan tetap memberikan waktu dan kesempatan untuk berdiskusi sehingga diharapkan mereka dapat berkembang dengan maksimal.” 

Adapun Vernon Sapalatua menyinggung isu-isu hukum dan birokrasi yang acap menyinggung BUMN. Menurut Vernon, prosedur yang sudah ditetapkan pada dasarnya harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat. Karena itu merupakan proses dari tata kelola perusahaan yang baik. 

“Proses ini pun pada dasarnya juga berguna, karena aturan ini, kita bisa tetap di jalur yang benar dan sesuai dengan tujuan awal dari perusahaan, di mana kita harus menghargai kepentingan pemilik dana,” tutur Direktur Pemasaran & Pengembangan Usaha PT Rekadaya Elektrika tersebut, yang juga merupakan Alumni MBA ITB-AALTO 2019.

Selain kuliah umum, agenda ini diisi sejumlah acara. Diantaranya penganugrahan sejumlah pengharagaan. Nila Armelia Windasari menyabet penghargaan sebagai dosen terbaik di MBA ITB Jakarta. Sementara dosen praktisi terbaik oleh Detania Sukarja. Dedikasi 10 tahun pengabdian pada Guruh Sapta Dirgantara, Helmi Filani dan Roosalina Vanina Viyazza. Sementara staf terbaik pada Trisnawati Dewi A.

Sejumlah mahasiswa dan alumni MBA ITB Jakarrta dari berbagai konsentrasi juga mendapatkan penghargaan. Mereka adalah Lutrika Mufty Rachmad (Business Leadership Executive MBA); Dian Vita Alpha Suandi (Energy Management Executive MBA); Nugraini Rahmaniasari (Strategic Marketing Executive MBA); Solehudin Murpi (Sustainability Executive); Fadillah Hilmi (Digital Leadership Executive MBA); Haidar Hibatullah Wurjanto (Entrepreneurship MBA); Nielson Derrick (General Management MBA);  Sachi Hongo (Entrepreneurial Marketing MBA); Nanang Rosidin (Doctor of Science in Management); dan Raden Ngabehi Seno S (The Distinguish Alumni SBM ITB Jakarta) 

Sementara itu, Rabin menutup kuliah umum dengan menegaskan posisi mahasiswa dalam skala global. Menurut Rabin, mahasiswa pada dasarnya tidak hanya berkompetisi dengan mahasiswa yang berada dalam kampus nasional saja, tapi juga dalam tataran global. 

“Pengalaman 20 tahun berada di luar negeri membuat saya memahami bahwa kita ini adalah warga negara global. Dengan demikian, selain berpacu pada teknologi, kompetisi kita ke depan akan semakin jauh lebih kompleks” tutur lulusan George Mason University dan University of Georgia.

Kontributor: Erwin Josua, EMBA 2021