SBM ITB kembali menggelar International Conference on Management in Emerging Markets (ICMEM) ke-9 di Kampus Bandung (20-21/8). Mengusung tema “Sustainable Growth and Innovation in Emerging Markets: Strategic Decisions, Collaboration, ESG Goals, and Circular Economies”, Dekan SBM ITB, Prof. Dr. Aurik Gustomo, S.T., M.T., menegaskan bahwa konferensi ini sejalan dengan misi SBM ITB dalam mendidik pemimpin inovatif dengan pola pikir kepemimpinan kewirausahaan.
“Konferensi ini bukan hanya forum akademik, tetapi juga ajaka untuk bertindak untuk menghadirkan solusi nyata di pasar berkembang kedepannya. Selama lebih dari 11 tahun, SBM ITB konsisten menghasilkan lebih dari 100 publikasi jurnal internasional per tahun, didukung oleh laboratorium seperti financial innovation, business analytics, neurobusiness, educational games hingga management of technology. ICMEM merupakan wujud komitmen kami pada pendidikan, riset, dan pengabdian masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu perwakilan Rektorat ITB, Prof. Dr. Zulfiadi Zulhan S.T., M.T., menegaskan bahwa ICMEM menjadi platform penting untuk menjawab tantangan global. Pasar negara berkembang tengah menghadapi isu serius mulai dari perubahan iklim, disrupsi digital, hingga ketimpangan sosial. Melalui konferensi ini, ITB berkomitmen mendorong lahirnya dialog, kolaborasi lintas negara, dan solusi yang inklusif serta berkelanjutan.
“Harapannya, ide-ide segar yang lahir dari konferensi ini dapat memberi kontribusi nyata bagi masyarakat dan peradaban,” tuturnya.
Menurut Ketua Panitia ICMEM 2025, Novika Candra Astuti Ph.D, tahun ini konferensi hadir dengan wajah baru. ICMEM tahun ini tidak lagi hanya sekadar wadah mahasiswa SBM ITB untuk memenuhi kewajiban mengikuti konferensi.
“This year, we aim to enhance SBM ITB’s entrepreneurial brand, setting an example for other universities and creating a conference that serves as a platform for knowledge sharing between researchers from Indonesia and abroad,” she explained.
“Tahun ini kami ingin me-leverage SBM ITB dengan brand entrepreneurship yang kuat, menjadi contoh bagi kampus lain, serta menjadikan konferensi ini sebagai ajang pertemuan dan berbagi pengetahuan antara peneliti dari Indonesia maupun luar negeri,” jelasnya.
Pemilihan tema tahun ini mencerminkan urgensi global akan isu keberlanjutan di tengah dinamika bisnis dunia dan tantangan lingkungan yang kian meningkat, mulai dari climate change, kemiskinan, kelaparan, konflik, krisis pengungsi, pandemi, hingga inequality. Novika menegaskan bahwa urgensinya bersifat lintas generasi, tidak boleh hanya memikirkan diri sendiri saat ini, tetapi juga anak cucu.
“Bagaimana mereka bisa hidup nyaman tanpa macet, tanpa sampah di mana-mana. Dari dunia pendidikan, konferensi ini bisa menjadi awal untuk mengedukasi komunitas tentang pentingnya sustainability,” ungkapnya.
Sejumlah pembicara kunci turut meramaikan konferensi pada tahun ini. Mereka di antaranya Prof. Shaker A. Zahra (University of Minnesota), Dr. Shane Mathews (Queensland University of Technology), Dr. Mohamad Rohieszan Bin Ramdan (University Pendidikan Sultan Idris, Malaysia), Prof. Yos Sunitiyoso, S.T., M. Eng., Ph. D (SBM ITB), dan Helmy Yahya sebagai pembawa acara. Tidak hanya menampilkan sesi paper pararel, ICMEM 2025 juga memperluas menghadirkan talk show, forum industri bersama PT Pertamina (Persero), hingga marketing talks bersama Markplus Corp.
Dengan rancangan program yang komprehensif, ICMEM 2025 semakin menegaskan perannya sebagai jembatan antara akademisi, industri, pembuat kebijakan, dan masyarakat. Kehadirannya kian bermakna dengan partisipasi lebih dari 100 makalah yang dipresentasikan oleh peneliti dari universitas-universitas di Indonesia serta negara lain seperti Jepang, Australia, Vietnam, US, Jerman, dan Malaysia.
ICMEM 2025 bukan hanya forum akademik, tetapi panggilan untuk bertindak. Dengan melibatkan mahasiswa, peneliti, praktisi bisnis, hingga pembuat kebijakan, konferensi ini diharapkan menjadi langkah nyata untuk melahirkan solusi berkelanjutan dan inovatif bagi pasar negara berkembang serta menjadi kontribusi global Indonesia bagi dunia.
“Melalui ICMEM, kami ingin menghadirkan kolaborasi lintas batas yang menghasilkan ide, riset, dan strategi nyata. Semua itu untuk masa depan yang inklusif, bertanggung jawab, dan berkelanjutan,” pungkas Novika.