Pembelajaran dengan bantuan permainan dinilai cocok menjadi metode pembelajaran masa depan. Hal itu karena metode tersebut sesuai untuk generasi Z yang karakteristiknya mengutamakan nilai-nilai sosial dan memiliki keinginan berinteraksi.

Hal itu diungkapkan oleh Dosen Institut Teknologi Bandung Aria Bayu Pangestu dan tim Laboratory of Educational Games (LEG) Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) saat Workshop Virtual yang diadakan dalam 7th International Conference on Management in Emerging Markets (ICMEM) 2022 SBM ITB, Jumat (12/8/2022).

Dikatakan Aria, permainan merupakan alat yang sangat kuat untuk mendidik seseorang. Caranya, dengan menyertakan berbagai peraturan sederhana dalam permainan sehingga pembelajaran dapat diterima dengan mudah. Dengan demikian, orang termotivasi untuk belajar.

Dengan menggunakan permainan, pembelajaran tidak berlangsung kaku sehingga siswa tidak hanya duduk mendengarkan gurunya. Pembelajaran dapat dijalankan dengan menyenangkan dan penuh dengan keterlibatan pembelajaran. Dengan demikian, para pengajar dapat menanamkan kebiasaan positif dalam kehidupan seseorang.

“Belajar dengan bantuan permainan ini cocok untuk mengembangkan kemampuan nonteknis seperti daya pikir kritis, manajemen waktu, jiwa kepemimpinan, kolaborasi, pengelolaan sumberdaya, paham konsekuensi, memahami adanya risiko serta kemampuan kemampuan nonteknis lainnya,” ujar Aria.

Selain itu, penggunaan permainan dalam proses pembelajaran dapat mengakselerasi pemahaman peserta didik menjadi lebih signifikan. Dengan demikian, hal-hal yang kurang tersampaikan dari metode pembelajaran konvensional dapat terserap secara maksimal. Pembelajaran menggunakan permainan juga cocok dipergunakan di berbagai tempat.

Meski demikian, metode pembelajaran dengan menggunakan permainan ini tidak bisa menggantikan pembelajaran konvensional. Hal itu karena permainan tanpa pembelajaran kurang memberikan dampak bagi para pembelajar. Dengan demikian, bantuan permainan dapat dipergunakan sebagai pembelajaran awal yang dapat menjembatani antara ketidaktahuan dengan pengetahuan.

Kontributor: Erwin Josua, EMBA 2021