Gagal cepat, gagal murah, cepat sukses menjadi tiga frasa yang terus diingat 18 pegiat start-up dalam Internal Session The Greater Hub Batch-13 pada Sabtu (29/10/2022) di Bandung. Tiga frasa itu dipakai oleh Muhamad Nur Awaludin atau Mumu, Co-founder sekaligus CEO Fammi, untuk membagikan cerita jatuh bangunnya membangun sebuah start-up sejak 2014 hingga kini.

Beragam partisipan hadir dengan fokus bisnis yang berbeda. Mulai dari partisipan dengan latar belakang parenting, training pembuatan konten, hingga logistik. Fammi sendiri adalah sebuah parenting platform bagi para orang tua untuk dapat mengontrol kegiatan anak mereka di mana pun dan kapan pun. Saat ini, Fammi telah melakukan berbagai kerjasama dengan komunitas, sekolah, bahkan pihak pemerintah setempat.

Mumu membawakan materi dengan tema besar Lean Start-up. Menurutnya, memulai dengan konsep yang simpel akan memudahkan sebuah start-up untuk terus berkembang dengan kerugian terkecil. Bahkan, pergantian arah bisnis atau pivot pun bisa secara leluasa dilakukan oleh pemilik bisnis. Mumu menceritakan, timnya terus menemui kegagalan hingga harus melakukan pivot sebanyak kurang lebih 4 kali, sebelum akhirnya menemukan sebuah titik balik.

“Sampai di titik, kita tuh menemukan inovasi seperti apa yang sukses. Yaitu harus dibutuhkan (desired), dapat dilaksanakan (feasible), dan masuk akal secara bisnis (viable),” ucap Mumu.

Mumu menekankan sebuah bisnis adalah sesuatu yang terdiri dari proses iterasi yang terus berulang seiring berjalannya waktu. Proses tersebut membentuk sebuah siklus yang berisikan build, measure, dan learn process.

“Siklus build, measure, dan learn process harus tetap dilakukan bukan hanya ketika proses ideation, tapi juga pada saat profit,” lanjutnya menjelaskan.

Setelah sekitar 40 menit memaparkan materinya, MC membuka sesi pertanyaan di akhir acara.

Kontributor: Student Reporter (Rheza Mahesa Raharjo, Manajemen 2023)